Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Malaysia yang Divonis Mati Ancam Bongkar Skandal Politisi

Kompas.com - 18/02/2015, 10:25 WIB
SYDNEY, KOMPAS.com - Seorang komandan polisi Malaysia yang divonis hukuman mati di Kuala Lumpur akhirnya buka mulut dari pusat penahanan di Villawood, Sydney, Australia terkait kasus yang menimpanya. Polisi bernama Sirul Azhar Umar itu mengatakan, ia diperintahkan untuk membunuh seorang sosialita Mongolia di tengah berkembangnya tuduhan korupsi yang melibatkan politisi tingkat tinggi di Malaysia.

Sirul mengatakan, ia bertindak berdasarkan perintah saat dirinya dua kali menembak mati penerjemah glamor berusia 28 tahun Altantuya Shaariibuu tepat di kepalanya ketika gadis itu memohon agar dibolehkan tetap hidup demi anak dalam kandungnya. Polisi itu lalu membungkus jenazah perempuan itu dengan bahan peledak militer dan meledakkannya.

"Saya berada di bawah perintah. Orang penting yang punya motif masih bebas," kata Sirul, mantan pengawal Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, kepada portal berita Malaysiakini melalui telepon.

"Bukannya saya tidak mencintai polisi atau negara, tetapi saya bertindak berdasarkan perintah," katanya.

Sirul mengatakan kepada Malaysiakini, ia sedang bernegosiasi untuk memberikan wawancara lengkap dengan sejumlah stasiun televisi Australia di mana ia sedang mempertimbangkan untuk mengungkapkan mengapa ia dan rekannya, polisi Azilah Hadri, membunuh Shaariibuu di hutan di pinggiran Kuala Lumpur. "Saya belum memutuskan (apakah) akan melakukan wawancara itu," katanya.

Tuduhan telah berkembang selama delapan tahun bahwa Shaariibuu dibunuh demi membuatnya bungkam terkait korupsi sejumlah pejabat tinggi Malaysia dalam pembelian dua kapal selam Scorpene buatan Perancis dan Spanyol yang bernilai 2 miliar dollar AS. Pembelian itu terjadi ketika Najib menjadi menteri pertahanan.

Shaariibuu, digambarkan sebagai gadis suka pesta yang beredar di kalangan atas, bekerja sebagai penerjemah pada tahap akhir sejumlah negosiasi transaksi itu.

Najib dengan tegas telah menyangkal pernah bertemu Shaariibuu atau punya hubungan dengannya. Pemerintahannya pun menyangkal telah melakukan kesalahan dalam pembelian dua kapal selam itu, yang telah menjadi subjek investigasi hakim Perancis.

Motif pembunuhan Shaariibuu tidak pernah terungkap dalam persidangan Sirul dan Azilah yang dijatuhi hukuman gantung setelah Mahkamah Agung Malaysia pada 13 Januari menguatkan putusan pengadilan di bawahnya yang sempat dibatalkan oleh pengadilan lain.

Sirul mengatakan kepada seorang hakim dalam persidangan bahwa dirinya menjadi "kambing hitam yang telah dikorbankan demi melindungi orang-orang yang tidak disebutkan namanya."

Azilah juga divonis mati dan kini berada di penjara di Kuala Lumpur menanti eksekusi. Namun Sirul pergi ke Queensland beberapa bulan sebelum putusan Mahkamah Agung Malaysia keluar Januari lalu. Ia kemudian ditahan pihak Australia pada 20 Januari karena kasus pelanggaran imigrasi.

Australia menegaskan tidak akan menyetujui permintaan Malaysia untuk mengekstradisi Sirul kecuali Kuala Lumpur menjamin dia tidak akan dieksekusi. Persyaratan itu membuat Sirul menghadapi penahanan berkepanjangan di Villawood. Australia tidak menerapkan hukuman mati.

Pihak berwenang Malaysia mengatakan, mereka akan mengambil tindakan hukum guna membatalkan keputusan Australia itu.

Persetujuan dari Departemen Imigrasi Australia akan diperlukan Sirul, seorang duda berusia 43 tahun dengan dua anak, untuk memberikan wawancara televisi di Villawood. Jika wawancara itu terjadi, hasilnya mungkin akan menghebohkan panggung politik Malaysia.

Dia mengatakan kepada Malaysiakini, dirinya baik-baik saja di pusat penahanan dan diperbolehkan untuk mengakses telepon seluler serta internet.

Sirul juga menyatakan bahwa ia belum pernah bertemu Abdul Razak Baginda, bekas teman dan penasihat Najib, yang awalnya didakwa bersekongkol untuk melakukan pembunuhan itu tetapi kemudian dibebaskan.

Shaariibuu merupakan mantan kekasih Baginda. Gadis itu juga mengakui dalam sebuah surat yang ditemukan setelah pembunuhannya bahwa ia menginginkan uang 500 ribu dollar AS untuk tetap bungkam terkait apa yang diketahuinya tentang perjanjian pembelian dua kapal selam itu.

Baginda diyakini tinggal di Inggris.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com