Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayang-bayang Phaethon

Kompas.com - 01/02/2015, 14:00 WIB
Oleh: B Josie Susilo Hardianto

Sebagai orangtua, Helios sang dewa matahari tak sanggup menolak permintaan Phaethon, anak hasil perkawinannya dengan Clymene, manusia. Phaethon merajuk ingin mencoba mengendalikan kereta matahari. Meskipun Helios berkali-kali mencoba membujuk Phaethon, anak itu tetap bersikeras.

Akhirnya, dengan berat hati, Helios menyerahkan kendali kuda kereta matahari ke tangan Phaethon yang tampak pongah dengan kekuasaan baru itu. Namun, begitu Helios pergi dan kereta mulai melaju, Phaethon baru menyadari, ia telah mengambil lebih dari yang bisa ia tangani dan ia tidak mampu mengendalikan kereta kuda tersebut.

Akibatnya, api menyambar liar dan hampir menghancurkan bumi. Situs informasi pariwisata Greeka.com menyebutkan, Zeus terpaksa turun tangan dan melumpuhkan Phaethon dengan petirnya.

Ketika Alexis Tsipras menduduki kursi Perdana Menteri Yunani setelah pemilu 25 Januari lalu, media di Tiongkok menggambarkan politisi dari partai kiri Syriza itu mirip dengan Phaethon. Kebijakan anti penghematan, renegosiasi utang, dan penghentian privatisasi yang dijanjikannya kepada rakyat Yunani, menurut media di Tiongkok, dikhawatirkan akan mengulang tragedi saat Phaethon tak mampu mengendalikan kereta matahari Helios.

Tiongkok layak cemas karena kebijakan penghentian privatisasi mengancam operasi China Ocean Shipping Company (Cosco) yang memiliki konsesi 35 tahun di Piraeus, Yunani, pelabuhan sibuk di Eropa.

Namun, bukan hanya Tiongkok yang resah. Uni Eropa pun gundah dengan niat Yunani untuk merenegosiasi utang mereka. Meskipun sejumlah kreditor swasta, sebagaimana diberitakan BBC, dengan sukarela mengurangi beban utang Yunani, Kanselir Jerman Angela Merkel tetap tak bisa membayangkan ada penghapusan utang segar yang telah dikucurkan untuk Yunani. Sebagai catatan, Jerman adalah salah satu penyandang dana terbesar untuk Yunani.

Beban Yunani

Saat ini, Yunani masih memiliki utang sebesar € 315 miliar euro, atau sekitar 175 persen dari produk domestik bruto. Namun, resesi yang kian membelit Yunani tampaknya membuat Tsipras kukuh pada janji kampanyenya. Bahkan, melalui menteri keuangan yang baru, Yanis Varoufakis, Yunani tidak mau lagi bertemu dengan auditor dari Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional (IMF).

Meskipun sikap itu akan meningkatkan ketegangan dengan para kreditor internasional yang telah mengucurkan dana talangan lebih dari 240 miliar euro sejak 2010, Athena tidak akan mundur. Bahkan, Yunani menolak menerima dana pinjaman baru 7,2 miliar euro, Februari ini. ”Kami ingin duduk dan memikirkan kembali semua program,” kata Varoufakis kepada The New York Times.

Tak hanya itu, ia juga menegaskan, Athena tak mau lagi bernegosiasi dengan troika, yaitu Uni Eropa, IMF, dan Bank Sentral Eropa (ECB). Meskipun Yunani akan segera kehabisan uang, pemerintah negara itu lebih suka bekerja tanpa bantuan dana baru serta merenegosiasikan semua paket talangan.

Saat bertemu dengan Presiden Eurogroup Jeroen Dijsselbloem, Varoufakis mencoba meyakinkan bahwa Yunani akan melakukan reformasi untuk membuat kinerja ekonomi negara itu kompetitif. Sikap tersebut tentu saja secara ideologis dengan mudah dipahami. Syriza, partai sayap kiri Yunani yang memenangi pemilu akhir pekan lalu, bersumpah mengakhiri enam tahun resesi di Yunani, yang disebut Tsipras sebagai era penuh penghinaan. Ia pun ingin meninjau kembali semua utang yang terus membebani Yunani.

Sebagai catatan, saat ini angka pengangguran di Yunani sangat tinggi, mencapai 25,5 persen, dan rata-rata gaji bulanan mereka yang bekerja tak lebih dari 600 euro.

Namun, bagi Eropa, sikap pemerintah baru Yunani itu sulit dipahami. Setelah bertemu dengan Varoufakis, Dijsselbloem menegaskan agar Yunani menghormati perjanjian antara Athena dan zona euro. Ia juga memperingatkan langkah-langkah sepihak yang akan dilakukan Yunani. Menurut dia, semua mitra di zona euro terus mendukung Yunani asal negara itu sepenuhnya menaati persyaratan dan tujuan dari program bantuan. ”Penting untuk tidak membalikkan kemajuan yang telah dicapai sejauh ini,” kata Dijsselbloem.

Berkaca pada kegelisahan Tiongkok, Eropa pun tampaknya ingin menyampaikan pesan yang sama, sebaiknya berhati-hati dengan kekuasaan yang dimiliki, jangan sampai melakukan sesuatu di luar kemampuan. Zeus tentu tidak akan datang lagi membawa petir, tetapi nasib rakyat yang jadi taruhannya. (AFP/Reuters)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com