Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peringatan Revolusi Mesir Berujung Maut, 20 Orang Dikabarkan Tewas

Kompas.com - 26/01/2015, 03:04 WIB

KAIRO, KOMPAS.com - Aksi unjuk rasa untuk memperingati empat tahun kejatuhan Presiden Mesir Hosni Mubarak berakhir rusuh. Belasan hingga dua puluh orang dikabarkan tewas dalam demonstrasi besar yang berlangsung di berbagai wilayah di Mesir.

Dilansir dari laman Al Jazeera, Minggu (25/1/2015) malam, bentrokan yang menewaskan demonstran terjadi di Kairo, Damanhur, Alexandria dan Giza. Salah seorang petugas keamanan juga tewas dalam bentrokan yang terjadi di distrik El Matariya, Kairo.

Pejabat pemerintah berdalih salah seorang demonstran di Alexandria menembak ke arah polisi. Karena itu polisi pun membalas menembak hingga akhirnya menewaskan demonstran. Tidak hanya itu, Kementerian Dalam Negeri Mesir juga menuduh dua dari tiga orang yang tewas di Damanhur tewas karena ditembak petugas saat berusaha menanam alat peledak.

Aparat keamanan pun memperketat penjagaan di sejumlah lokasi untuk mengantisipasi demonstrasi yang lebih besar. Sejumlah wilayah publik di Kairo kemudian ditutup, termasuk Lapangan Tahrir yang menjadi lokasi bersejarah ketika revolusi Mesir yang menjatuhkan Presiden Mubarak berlangsung pada 2011 silam. Penjagaan di sejumlah obyek vital milik pemerintah pun ditingkatkan.

Demonstrasi di Mesir semakin membesar untuk memprotes tewasnya aktivis perempuan bernama Shaimaa el-Sabagh (32). Dalam sebuah video yang marak beredar di internet, terlihat kalau el-Sabagh yang merupakan aktivis kiri dari Aliansi Populer ditembak saat membawa poster dan meneriakkan "roti, kebebasan dan keadilan sosial", slogan utama yang diteriakkan dalam Revolusi 2011.

Ketika itu el Sabagh menaruh karangan bunga dan berbagai ungkapan duka cita di dekat Lapangan Tahrir. Tapi kemudian suara tembakan terdengar. el Sabagh pun roboh di pelukan suaminya.

Diperkirakan meluas

Kerusuhan berdarah yang terjadi di Mesir diperkirakan akan semakin meluas. Ulama Mesir yang kini berada di Qatar, Yusuf al Qaradhawi bahkan ikut mengeluarkan seruan protes untuk memperingati peristiwa yang kemudian dikenal sebagai Arab Spring tersebut.

"Rakyat Mesir seharusnya keluar rumah dan mengekspresikan kalau mereka tidak menginginkan apapun selain revolusi yang telah dimulai," kata Qaradawi.

Seruan ini diperkirakan akan disambut oleh para pendukung presiden Mesir yang digulingkan oleh militer, Muhammad Mursi. Kelompok Ikhwanul Muslimin yang merupakan pendukung Mursi selama ini memang dikenal sebagai oposisi utama terhadap pemerintah Mesir yang dipimpin Presiden Abdel Fattah el-Sisi. 

Dilansir dari AFP, pendukung Mursi disebut sudah turun ke jalan dalam aksi protes yang dilakukan bersama aktivis kiri. Pemerintah Mesir juga disebut sudah menahan 150 aktivis untuk meredakan aksi demonstrasi.

Mamdouh Hamza, aktivis yang dikenal pada revolusi 2011 pun menilai pemerintahan el-Sisi tidak ada bedanya dengan Mubarak. "Ini merupakan pemakaman atas revolusi (2011)," kata Hamza. "Pembunuh (revolusi) itu tidak hanya telah membunuhnya, tapi juga ikut prosesi pemakaman. Tidak ada kemajuan atau perubahan sejak Sisi mengambil alih," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com