Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi China Selamatkan 37 Bayi dari Jaringan Perdagangan Manusia

Kompas.com - 15/01/2015, 12:57 WIB
BEIJING, KOMPAS.com — Polisi menyelamatkan 37 bayi dan seorang gadis cilik berusia 3 tahun setelah membongkar sebuah jaringan perdagangan anak di Provinsi Shandong di China timur. Demikian dilaporkan televisi China Central Television (CCTV) yang dikelola pemerintah negara.

Bayi-bayi yang baru lahir itu banyak yang menderita HIV/AIDS dan malnutrisi serta dijual seharga 50.000 yuan sampai 80.000 yuan (atau Rp 102 juta-163 juta). Menurut sebuah laporan video online pada Selasa (13/1/2015), anak laki-laki dihargai lebih tinggi dibandingkan anak-anak perempuan.

Bayi-bayi itu sering dibawa dalam tas dan koper besar ke para calon pembeli. Media pemerintah China melaporkan, mereka diduga telah diberi makan mi instan dan sayuran sisa.

Pihak berwenang telah menangkap 103 orang, yang merupakan tersangka penjual atau pembeli bayi-bayi tersebut.

Polisi melihat sekelompok perempuan hamil mencurigakan yang diantar ke sebuah pabrik yang tidak dipakai di kota Jining, Juli lalu. Di sana, polisi menemukan popok bayi dan bukti-bukti lain yang digunakan sebagai "ruang pengiriman bawah tanah". "Kami memperhatikan ada beberapa perkembangan baru dalam metode kejahatan terkait perdagangan anak," kata Chen Shiqu, Direktur Kantor Anti-perdagangan Manusia Departemen Keamanan Publik kepada CCTV. "Sebagai contoh, sejumlah kelompok kriminal akan mengirim para perempuan hamil yang akan segera melahirkan melalui transportasi umum ke kota lain. Bayi-bayi tersebut kemudian dijual setelah para perempuan itu melahirkan," kata Chen.

Seorang penyidik yang menangani kasus itu mengatakan, mereka telah menahan tujuh tersangka dan menemukan seorang bayi yang hampir tercekik di bawah tumpukan selimut di pabrik yang jorok itu. "Pada saat itu, wajah bayi tersebut telah berubah ungu, jika kami tidak mencari di tumpukan selimut itu, bayi tersebut mungkin sudah meninggal," kata Liu Yang, seorang penyelidik polisi.

Dalam operasi terselubung selama dua bulan menyusul serbuan itu, polisi menemukan bahwa bayi-bayi sering dibawa dari pabrik itu dalam sejumlah kantong ke sebuah rumah sakit untuk penyakit menular di dekat daerah itu, di mana mereka ditempatkan, sambil menunggu para pembeli.

"Dari 37 bayi yang kami selamatkan, hampir tidak ada satu pun yang sehat. Semua menderita berbagai penyakit. Mereka membiarkan bayi-bayi itu makan mi instan," kata Hou Jun, perwira polisi setempat.

Salah seorang pembeli, Liu Zhiyou, mengungkapkan bahwa seorang penghubung mengatakan kepadanya bahwa bayi itu merupakan anak haram dari seorang mahasiswi.

Beberapa dari bayi-bayi itu tetap bersama orangtua angkat mereka, sementara yang lain berada di panti asuhan. Menurut media China, bayi yang berusia 3 tahun telah bertemu kembali dengan ibunya.

Berdasarkan hukum China, para pelaku perdagangan anak dapat dipenjara hingga 10 tahun jika menjual lebih dari tiga anak atau dihukum mati dalam kasus-kasus yang lebih serius.

Perdagangan anak telah menjadi perhatian utama di China. Para pelaku perdagangan manusia mencari keuntungan dari permintaan akan bayi sehat dari para calon orangtua angkat di China maupun dari luar negara itu.

Pada Maret tahun lalu, sejumlah aparat keamanan China menemukan empat jaringan perdagangan anak dan menangkap lebih dari 1.000 orang karena menggunakan situs web dan grup pesan instan untuk menjual bayi. Pada awal 2014, seorang dokter kandungan China juga dihukum karena menjual bayi setelah dia mengatakan kepada sejumlah orangtua bahwa bayi mereka menderita sakit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com