Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sindikat Aljazair Menjadi Sorotan Perancis

Kompas.com - 14/01/2015, 14:53 WIB
PEMERINTAH Perancis, seperti dikutip harian Al-Quds al-Arabi, Minggu (11/1), secara resmi meminta pakar teroris Aljazair membantu menyelidiki sindikat jaringan yang berada di balik penyerangan tabloid Charlie Hebdo dan penyanderaan di supermarket di Porte de Vincennes, pekan lalu.

Aljazair dianggap berpengalaman menghadapi jaringan kelompok radikal pada 1990. Tak sedikit aktivis radikal Aljazair lari ke Perancis, menyusul konflik antara militer dan kelompok Islam pasca langkah militer menggagalkan hasil pemilu parlemen Aljazair 1991.

Pemerintah Perancis menaruh curiga besar, sindikat Aljazair berperan besar dalam penyerangan Charlie Hebdo dan penyanderaan di toko swalayan.

Terbesar

Komunitas imigran Aljazair di Perancis merupakan komunitas imigran terbesar. Cherif dan Said Kouachi, Hamyd Mourad, serta wanita yang menjadi buron, Hayat Boumeddiene, pun berasal Aljazair.

Pada 2010, Kouachi terlibat upaya membebaskan tokoh radikal asal Aljazair, Ismail Ali Abul Qasim, dari penjara Perancis. Abul Qasim lari dari Aljazair ke Perancis setelah militer Aljazair menggagalkan hasil pemilu parlemen 1991 yang dimenangi Partai Penyelamat Islam (FIS).

Adapun Amedy Coulibaly merupakan imigran asal Senegal. Namun, Al Qaeda di Maghrib Arab (AQIM) juga beroperasi di Senegal dan Mali, selain di Aljazair, Tunisia, Mauritania, Libya, dan Maroko.

Menurut harian Al-Quds al-Arabi, Pemerintah Perancis meminta Aljazair memberikan semua informasi yang dimiliki mereka terkait jaringan perekrutan dan pengiriman milisi ke Suriah, Irak, dan Afganistan, termasuk peta sel-sel tidur yang berafiliasi ke Al Qaeda atau Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).

Turki tak bisa cegah

Pemerintah Perancis meminta pula bantuan Aljazair data lebih banyak mengenai Boumeddiene yang buron. Boumeddiene, istri Coulibaly, diterangai sebagai anggota NIIS.

Boumeddiene tercatat masuk ke Turki pada 2 Januari 2015. Ia diduga masuk ke Suriah.

Seperti dikutip harian Asharq al Awsat, sumber keamanan Turki mengungkapkan, petugas keamanan Turki tidak menangkap Boumeddiene saat masuk ke negara itu karena belum menerima informasi intelijen dari Perancis. Turki tak dapat mencegah seseorang masuk ke negara itu tanpa adanya informasi yang dapat dijadikan alasan pencegahan.

Pemerintah Aljazair tengah mempelajari semua permintaan Perancis. Negara itu juga telah meningkatkan koordinasi keamanan dengan Perancis pasca penyerangan Charlie Hebdo
agar serangan serupa tidak terulang.

Pemerintah Perancis pun mengkaji kemungkinan ada koordinasi antara AQIM dan Al Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) yang meliputi Yaman dan Arab Saudi. Hal ini karena Said Kouachi telah mengakui dirinya adalah anggota AQAP. AQAP pun telah mengklaim bertanggung jawab atas penyerangan Charlie Hebdo. (Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, Mesir)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com