Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bercermin dari Korea Selatan ...

Kompas.com - 26/12/2014, 16:42 WIB
KOMPAS.com - Korea Selatan pada tahun 1972 tercatat sebagai salah satu negara yang masih miskin. Namun, 30 tahun kemudian, negara itu menjadi kekuatan baru ekonomi dunia.

Bentang alamnya yang gersang pada tahun 1950 hingga 1960-an berubah menjadi sumber ekonomi yang memakmurkan. Kemajuan berbagai bidang berjalan seiring dan sejalan.

Semua itu bisa dicapai berkat semangat dan kerja keras, komitmen yang kuat dari pemimpin dan rakyatnya untuk mengubah lahan-lahan kritis yang gersang menjadi sumber penghidupan yang berpengharapan. Itulah Korea Selatan jika dilihat dari keadaan saat ini.

Apa rahasia Korea Selatan bisa mencapai kemajuan luar biasa di berbagai bidang?

Data, informasi dan literatur menyebutkan bahwa "saemaul undong" adalah salah satu gerakan yang mendorong kemajuan pesat negara itu. Pembangunan berawal dari prioritas negara itu terhadap pertanian dan kehutanan.

Melalui semangat "saemaul undong", negara mengajak dan menggerakan masyarakat di perdesaan untuk rajin, mandiri, dan bekerja sama untuk mencapai kesejahteraan, termasuk melakukan rehabilitasi lahan kritis.

"Saemaul undong" diperkenalkan oleh Presiden Korea Park Chung Hee pada tahun 1972. Saat itu Republik Korea lebih miskin daripada Indonesia. Namun, dengan gerakan tersebut, hasilnya kini negara itu bahkan termasuk salah satu negara paling maju di dunia.

Oleh karena itu, upaya rehabilitasi dan pengelolaan hutan yang dilakukan Indonesia dan negara-negara ASEAN bisa mencontoh Republik Korea. Apalagi, ada wadahnya, yaitu "ASEAN-Republic of Korea Forestry Cooperation" (AFoCO).

Menurut Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (Cifor), pertumbuhan ekonomi di negara ASEAN saat ini termasuk yang paling bagus. Namun, sayangnya sebagian besar dilakukan dengan mengorbankan sumber daya alam, termasuk hutan.

Setiap bulan Asia Tenggara kehilangan wilayah hutan yang luasnya setara tiga kali luas kota Jakarta. Namun, seiring dengan menipisnya modal alam, kuatnya dampak perubahan iklim dan pertambahan populasi, berbagai negara kini mulai mencari upaya alternatif.

Semangat "saemaul undong" kini menginspirasi negara-negara di Kawasan Asia Tenggara dalam berbagai bentuk yang disesuaikan dengan gerakan atau program dan kearifan lokal. AFoCo kemudian membangun landmark program di negara-negara cekungan Sungai Mekong seperti Laos, Kamboja dan Myanmar untuk meningkatkan kualitas SDM.

Indonesia juga terinspirasi dengan keberhasilan Korea Selatan mengubah lahan kritis dan kerusakan hutan menjadi lahan yang memberi harapan dan alam yang memberkahi masyarakatnya. Sebut saja, kunjungan Presiden Joko Widodo ke Korea Selatan pada tanggal 10--12 Desember 2014.

Hasilnya, Indonesia dan Korea Selatan meningkatkan kerja sama di bidang lingkungan hidup dan kehutanan dengan beberapa program yang telah dan akan dilaksanakan kedua pihak.

Saat itu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dr. Siti Nurbaya serta "Minisiter of Korea Forest Service" Dr. Shin Won Sop membicarakan kerja sama tersebut.

Di tengah Special Ministerial Meeting of Forestry (SMMF) di negara itu telah diambil kesempatan untuk dilakukan pembicarana bilateral Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Menteri Kehutanan Korea yang membahas beberapa program/proyek kerja sama antara Indonesia dan Korea.

Halaman:
Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com