Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teroris ISIS Dipaksa Bertemu Keluarga Korban Mereka

Kompas.com - 23/12/2014, 11:59 WIB
BAGHDAD, KOMPAS.com - Para teroris ISIS yang dihukum karena meledakan bom mobil di Baghdad telah dipaksa untuk bertemu keluarga para korban mereka dalam sebuah acara televisi di Irak. Dengan tangan diborgol dan diapit sejumlah petugas militer bersenjata, anggota ISIS itu dibawa ke tempat-tempat pengeboman yang mereka lakukan di kota itu bulan lalu. Di sana, mereka harus menghadapi murka para keluarga korbannya sementara para kru kamera memfilmkan pertemuan itu untuk program bertajuk, In the Grip of the Law.

Dalam salah satu adegan, pelaku pemboman Haider Ali Motar menangis ketika seorang pria di kursi roda melontarkan pelecehan verbal terhadapnya. Sejumlah orang lainnya mengatakan kepada pria berusia 21 tahun itu bahwa mereka akan 'mencabik-cabiknya' di balik pagar kawat berduri.

Presenter acara itu mengatakan, program tersebut dirancang untuk menunjukkan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan terorisme diseret ke pengadilan, sementara mereka yang bekerja pada program itu berharap acara tersebut akan mencegah para penjahat melakukan serangan lagi.

"Kami ingin memproduksi sebuah program yang menawarkan bukti jelas dan meyakinkan, dengan cerita yang lengkap, yang disajikan dan ditampilkan kepada pemirsa Irak," kata Ahmed Hassan. "Melalui sejumlah video pengawas, kami menunjukkan bagaimana terdakwa memarkir mobil, bagaimana dia meledakkannya, bagaimana dia melakukan pembunuhan. Kami menunjukkan kepada para pemirsa kami gambar-gambar, sekaligus sebagai bukti yang kuat, agar tidak meninggalkan keraguan bahwa orang ini memang kriminal dan menanggung akibat untuk kejahatannya."

Seorang perwira senior intelijen yang mengawasi syuting acara itu menambahkan, "Banyak dari teroris ini merasakan penyesalan ketika mereka melihat para korban. Ketika orang melihat itu, hal itu membuat mereka berpikir dua kali untuk melanggar hukum."

Di antara klip-klip yang ditampilkan dalam program tersebut adalah para tahanan yang mengakui kejahatannya di depan kamera dan polisi yang sedang memeriksa bukti-bukti DNA dan balistik dari tempat kejadian.

Namun kelompok-kelompok hak asasi manusia menyatakan keprihatinan atas penayangan pengakuan yang telah difilmkan, dengan menyatakan bahwa pengakuan itu telah dibuat di bawah tekanan. "Sistem peradilan sangat cacat dan hak-hak para tahanan, khususnya mereka yang dituduh terlibat terorisme (walau tidak hanya mereka) sangat sering dilanggar sehingga hampir tidak mungkin untuk yakin bahwa mereka akan bisa berbicara bebas," kata Donatella Rovera dari Amnesty Internasional.

"Dalam beberapa bulan terakhir, yang saya habiskan di Irak, hampir setiap keluarga yang saya temui yang punya kerabat yang ditahan, mengeluh bahwa mereka tidak punya akses kepada mereka, dan hal yang sama dikemukakan para pengacara."

Dalam salah satu episode In the Grip of the Law, napi Motar terlihat gugup ketika diminta untuk mengatakan sesuatu di depan kamera. "Apa yang harus saya katakan," katanya, sebelum didesak untuk melakukan pemeriksaan mik.

Militan ISIS telah menyerbu negara itu dalam beberapa bulan terakhir. Mereka meledakkan bom mobil dan terlibat pertempuran sengit dengan pasukan yang membela kota-kota di perbatasan. Upaya militer Irak untuk memerangi kelompok itu telah didukung oleh milisi Syiah dan Kurdi serta serangan udara yang dipimpin AS.

Sekitar sepertiga wilayah Irak, termasuk kota terbesar kedua yaitu Mosul, masih berada di bawah kekuasaan ISIS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com