Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecewa yang Tertinggal dari Kunjungan Jokowi...

Kompas.com - 28/11/2014, 07:11 WIB
Harry Bhaskara

Penulis

KOMPAS.com - “Kesempatan ini hanya sekali seumur hidup dan kesempatan itu terlepas sudah,” ujar lugas Alimin Waluyo, mahasiswa Universitas Queensland, Australia. "Kapan lagi Jokowi datang ke Brisbane? Kalaupun ke Australia lagi, tak mungkin ke Brisbane.”

Mahasiswa jurusan applied linguistics itu kecewa karena tak mendapat undangan untuk bertemu Presiden Joko Widodo, di sela Jokowi mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Brisbane, Australia, pada 15 November 2014 hingga 16 November 2014. (Baca:

Kekecewaan itu masuk akal, karena begitu studinya rampung maka Alimin akan pulang kampung ke Malang, Jawa Timur. Peluangnya bisa bertemu sang Presiden bakal semakin tipis pada saat itu.
Jokowi menghadiri KTT G20 yang berlangsung di Brisbane pada 15 dan 16 November 2014.

“Sepertinya panitia terlalu merahasiakan informasi mengenai jadwal Jokowi,” tutur Mifakhul Maarif, pimpinan Buaya Kroncong Brisbane, sebuah kelompok musik yang akrab dengan warga Indonesia. 

Soal waktu

Waktu yang mepet bisa jadi merupakan kendala Kedutaan Besar Republik Indonesia di Australia untuk mengundang seluruh komunitas Indonesia di wilayah itu. Sebelumnya, Jokowi belum dipastikan datang ke G20 selepas dia mengikuti pertemuan APEC di Beijing dan KTT ASEAN di Naypyidaw, Myanmar. (Baca: Jokowi Belum Tentu Hadiri Pertemuan G20 di Brisbane).

Pertemuan Jokowi dengan komunitas Indonesia di Brisbane digelar Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) dan Garuda Indonesia di Brisbane. Kedatangan Jokowi diatur oleh KBRI--yang juga memprakarsai pertemuan tersebut--dari lokasi kantornya di Canberra yang berjarak 1.200 kilometer dengan Brisbane.

“Tidak ada upaya untuk merahasiakan informasi mengenai kedatangan, hotel, dan tempat pertemuan masyarakat,” tepis Sezargerry Sumardi, Sekretaris Tiga KBRI untuk Bidang Informasi dan Sosial Budaya.

“Setelah tempat pertemuan ditentukan maka informasi itu disebar ke masyarakat melalui organisasi-organisasi masyarakat Indonesia di Queensland,” imbuh Sezargerry kepada Kompas.com.

Namun, Perhimpunan Indonesia Queensland juga punya jawaban soal hal itu. "Saya baru tahu dua hari sebelumnya,” kata Kketua PIQ Diah Campbell. "Besoknya saya harus memasukkan nama karena undangan baru akan diberikan setelah nama-nama itu masuk.”

Diah pun mengaku kesal karena banyak pihak mengira PIQ masuk dalam kepanitiaan dan sengaja menutup-nutupi informasi mengenai acara ini. Simpang siur informasi, ujar dia, bahkan memunculkan tudingan bahwa yang boleh bertemu Jokowi hanya mereka yang masih mengantongi kewarganegaraan Indonesia.

Sezargerry mengatakan, agar sebanyak mungkin masyarakat Indonesia di Queensland terwakili maka undangan disampaikan lewat organisasi-organisasi masyarakat Indonesia di Queensland.

Tri Mulyani Sunarharum dari PPIA pun mengatakan bahwa sejak awal mahasiswa menginginkan silaturahmi diadakan dengan sebanyak mungkin anggota komunitas Indonesia.

“Namun tempat pertemuan diputuskan di sebuah gedung di kampus QUT (Queensland University of Technology) yang tentunya tak mampu menampung banyak orang,” kilah kandidat PhD ini mengenai kampusnya.

Strong choices

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com