Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Banglades Tangkap Bekas Menteri Pengkritik Ibadah Haji

Kompas.com - 25/11/2014, 17:09 WIB
DHAKA, KOMPAS.com - Seorang mantan menteri yang cukup berpengaruh di Banglades, Selasa (26/11/2014), menyerah kepada polisi setelah sejumlah kelompok organisasi Islam menggelar unjuk rasa menuntut penangkapan sang menteri yang dianggap mengriktik proses ibadah haji.

Abdul Latif Siddique menyerahkan diri sehari setelah sebuah kelompok militan Islam memberikan ultimatum agar pemerintah menangkap pria tersebut.

Aksi unjuk rasa merebak setelah Siddique, pada Minggu (23/11/2014), kembali ke kediamannya setelah lama tinggal di India dan AS di mana dia menyebut ibadah haji sebagai sebuah ritual yang membuang percuma sumber daya manusia.

"Tersangka menyerah kepada polisi pada pukul 01.20 dini hari dan kini dia sudah dibawa ke pengadilan," kata juru bicara kepolisian metropolitan Dhaka Masudur Rahman.

Pernyataan Siddique memicu unjuk rasa di negeri berpenduduk mayoritas Muslim itu pada September lalu. Saat itu, kelompok Islam radikal mendesak PM Sheikh Hasina untuk mencopot Siddique karena "menyakiti hati umat Islam". Beberapa kelompok bahkan menuntut Sidiqque dihukum mati.

PM Hasina kemudian memecat Siddique dari jabatannya sebagai menteri telekomunikasi saat pria itu masih menjalankan tugasnya di Amerika Serikat. Tak hanya itu, pengadilan menerbitkan puluhan surat penangkapan untuk Siddique dengan dakwaan "menyakiti" umat Muslim.

Dalam sebuah kegiatan di New York, AS, Siddique mengatakan dirinya lelah menghadapi ibadah haji dan Tablig Jamaat, sebuah organisasi Islam non-politik.

"Dua juta orang pergi ke Arab Saudi untuk melakukan ibadah haji yang adalah penghamburan sumber daya manusia. Mereka yang naik haji tak memiliki produktivitas," ujar Siddique.

"Ibadah haji mengganggu perekonomian karena mereka menghamburkan banyak uang di luar negeri," tambah Siddique yang sudah menunaikan ibadah haji pada 1988.

Pernyataan Siddique itu direkam sebuah stasiun televisi yang kemudian disiarkan di Pakistan yang kemudian memicu protes di seluruh negeri tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com