Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemuda Pakistan Dicap Teroris karena Bawa Pentungan Kriket

Kompas.com - 25/11/2014, 08:59 WIB
BRUSSELS, KOMPAS.COM - Seorang pemain kriket berusia 22 tahun dan keluarganya sedang menghadapi kemungkinan diusir dari Belgia setelah ia diidentifikasi sebagai teroris karena membawa sebuah pentungan atau pemukul kriket di angkutan umum

Assim Abassi, pemain kriket muda Pakistan, dan seluruh keluarganya telah kehilangan hak mereka untuk tinggal di Belgia setelah ia diidentifikasi sebagai teroris karena membawa pemukul kriket itu di angkutan umum. Sebuah foto Abassi yang tampaknya dipersenjatai sebuah senjata laras panjang diedarkan polisi pekan lalu sehingga menimbulkan ketakutan baru menyusul sebuah serangan terhadap museum Yahudi di Brussels awal tahun ini.

Begitu dia melihat foto-foto itu di sejumlah koran, pria muda Pakistan tersebut menghubungi polisi untuk mengatakan bahwa dirinya tidak bersenjata tetapi hanya membawa pemukul kriketnya dalam perjalanan ke sebuah sesi latihan. "Saya membungkus pemukul kriket saya dengan kaus saya karena hujan dan jika pemukul itu basah, saya tidak bisa bermain bola dengan baik," katanya.

Sejumlah foto milik polisi yang memperlihatkan seorang pria Asia berjenggot sedang membawa apa yang tampaknya seperti senjata laras panjang di area perbelanjaan menjadi berita utama koran sekaligus memberi peringatan tentang seorang "pembunuh anti-Semit" berkeliaran di Brussels.

Pada musim panas lalu, Mehdi Nemmouche, seorang militan Islam kelahiran Perancis yang baru kembali dari pertempuran di Suriah, ditangkap dan didakwa karena membunuh empat orang dalam sebuah serangan di museum Yahudi di Brussels.

Walau Assim menghubungi polisi, seluruh keluarga Abassi yang berjumlah tujuh orang, kehilangan hak mereka untuk tinggal di Belgia setelah kedutaan Pakistan di Brussels memecat ayahnya, seorang diplomat, karena dinilai telah merusak reputasi Pakistan.

"Kami mendapat telepon dari kedutaan yang mengatakan, serahkan paspor-paspor Anda," kata Abassi. "Kami kehilangan hak istimewa untuk tinggal di Belgia. Saya sudah kehilangan pendidikan saya. Saya telah kehilangan segalanya."

Polisi Belgia dikritik karena tidak meminta maaf kepada pemain kriket itu dan anggota parlemen lokal telah mengambil kasusnya. Kedutaan Pakistan menolak untuk berkomentar terkait kasus itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com