Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO: Sepertiga Perempuan Dunia Alami Kekerasan Rumah Tangga

Kompas.com - 21/11/2014, 09:57 WIB
GENEVA, KOMPAS.COM - Berbagai upaya dewasa ini untuk mencegah kekerasan dalam rumah tangga belum memadai karena sepertiga perempuan di seluruh dunia masih dilecehkan secara fisik, kata serangkaian studi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang diterbitkan, Jumat (21/11/2014).

Sekitar 100 juta hingga 140 juta perempuan menjadi korban mutilasi genital dan sekitar 70 juta anak perempuan menikah sebelum usia 18 tahun, sesuatu yang seringkali bertentangan dengan keinginan mereka. Dan sekitar tujuh persen perempuan berisiko diperkosa dalam hidupnya, kata studi tersebut.

Kekerasan itu, yang memburuk selama konflik dan krisis kemanusiaan, punya konsekuensi dramatis pada kesehatan fisik dan mental para korban.

"Tidak ada tongkat sihir yang akan menghilangkan kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan. Namun sejumlah bukti memberitahu kami bahwa perubahan sikap dan perilaku sangat mungkin, dan dapat dicapai dalam waktu kurang dari satu generasi," kata Charlotte Watts, profesor di London School of Hygiene dan Tropical Medicine dan salah seorang penulis laporan.

Studi itu mengatakan, bahkan di tempat-tempat dengan sistem hukum yang sudah maju, banyak perempuan  masih menjadi korban diskriminasi, kekerasan dan tidak punya akses memadai terhadap pelayanan kesehatan serta hukum.

"Identifikasi dini perempuan dan anak-anak mengalami kekerasan dan sebuah respon yang mendukung serta efektif dapat memperbaiki kehidupan dan kesejahteraan perempuan, dan membantu mereka untuk mengakses sejumlah layanan penting," kata Claudia Garcia-Moreno, dokter WHO.

Para penulis laporan itu mengatakan, sebuah terobosan nyata hanya dapat dilakukan terkait kekerasan terhadap perempuan jika pemerintah menempatkan lebih banyak sumber daya dan mengetahui bagaimana hal itu berfungsi sebagai rem pada pertumbuhan ekonomi. Para pemimpin dunia juga harus mengubah undang-undang yang diskriminatif dan lembaga-lembaga yang melanggengkan ketimpangan.

Akhirnya, para penulis itu menulis, pemerintah di berbagai negara perlu mendorong penelitian dan dengan cepat membuat langkah-langkah yang terbukti telah berfungsi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com