Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Myanmar, Obama Desak Penghentian Diskriminasi Etnis Rohingya

Kompas.com - 14/11/2014, 18:08 WIB
NAYPYITAW, KOMPAS.com - Pemerintah AS,  Jumat (14/11/2014) menyerukan agar pemerintah Myanmar memberikan status warga negara untuk etnis Rohingya yang selama ini termarjinalisasi.

"Dikriminasi terhadap etnis Rohingya atau kelompok agama minoritas apapun tidak menunjukkan negara Myanmar yang diidamkan sejak lama," kata Presiden Barack Obama dalam jumpa pers bersama Aung San Suu Kyi.

Salah satu agenda Obama yang berada di Myanmar untuk menghadiri KTT Asia Timur adalah mendesak agar hak-hak dasar universal untuk warga Muslim Rohingya segera dipenuhi. Demikian pernyataan Gedung Putih.

Situasi di negara bagian Rakhine, di mana 140.000 orang masih harus tinggal di kamp-kamp pengungsi akibat kerusuhaan antara waga Budha dan Muslim pada 2012.

"Kondisi saat ini menghadirkan tantangan besar terhadap upaya reformasi di seluruh wilayah Myanmar," kata wakil penasihat keamanan nasional AS, Ben Rhodes.
 
Sebuah rencana kontroversial pemerintah yang tertuang dalam Rancana Aksi Rakhine akan mendesak etnis Rohingya menyebut diri mereka sebagai etnis Bengali agar mendapatkan status warga negara Myanmar. Bagi mereka yang menolak akan dipaksa tinggal di kamp-kamp pengungsian.

Sebagian besar kalangan di pemerintahan Myanmar menganggap warga Rohingya adalah imigran ilegal dari negeri tetangga, Banglades. Sedangkan warga Rohingya mengklaim mereka bisa melacak silsilah nenek moyangnya yang sudah lama tinggal di Myanmar.

Dalam pertemuan dengan Presiden Thein Sein, Kamis (13/11/2014), yang banyak membahas kondisi buruk warga Rohingya dan reformasi konstitusi menjelang pemilu 2015, Obama berulang kali menggunakan kata 'Rohingya' dengan penekanan yang serius.

Namun, dalam pernyataan publiknya yang pertama di Myanmar, Obama justru tidak secara khusus menyebut Rohingya dan hanya menyinggung soal kekerasan di negara bagian Rakhine.

Kerusuhan di negara bagian Rakhine pecah pada 2012 yang diwarnai penyerbuan banyak desa yang berujung pada kematian 200 warga Rohingya.

Akibatnya, sekitar 100.000 orang memilih meninggalkan Rakhine dengan menggunakan perahu yang sebagian besar sangat tidak layak.

Selain itu, ribuan warga Rohingya lainya kini menderita di kamp-kamp pengungsian tanpa akses kesehatan setelah organisasi amal kesehatan dunia Medecine Sans Frontieres (MSF) diusir pemerintah Myanmar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AP,AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com