Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengakuan Milisi ISIS yang Ditahan Pasukan Kurdi

Kompas.com - 03/11/2014, 12:56 WIB
JAZIR CANTONMENT, KOMPAS.COM — "Satu per satu tahanan yang ditutup matanya dibawa ke ruangan abu-abu yang lembap dan mulai menceritakan kisah-kisah mereka. Kami berada di sebuah penjara yang dijalankan militan Kurdi di Suriah utara. Pihak Kurdi tidak mengizinkan kami melihat sel-sel di mana tahanan itu ditahan. Tahanan mereka, kata orang-orang Kurdi itu, merupakan anggota ISIS," tulis wartawan CNN, Ivan Watson, dalam laporannya pada akhir pekan lalu.

Watson melanjutkan, ketika tahanan yang pertama duduk, dia meminta kepada penjaga agar penutup mata tahanan itu dilepas. Si tahanan berkedip begitu melihat cahaya dan tampak terkejut saat melihat orang asing duduk di depannya. Tahanan kedua gemetar ketakutan ketika ia dibawa masuk. Watson memperkenalkan diri sebagai seorang wartawan Amerika kepada para tahanan itu.

"Anda tidak harus berbicara jika Anda merasa tidak nyaman," kata Watson. Saat berbicara, mereka sesekali melirik ke penjaga penjara yang menyaksikan wawancara itu.

Seorang tahanan bernama Suleiman mengatakan, dia berasal dari Suriah. Suleiman mengklaim bahwa ia terpaksa bergabung dengan ISIS demi keselamatan keluarganya. Dia mengatakan, dirinya tidak pernah bepergian ke wilayah yang dikendalikan ISIS, tetapi mengaku telah terlibat dalam aksi ISIS meledakkan bom mobil yang dikendalikan dari jarak jauh di luar pangkalan Kurdi di wilayah kantong Kurdi itu. Suleiman yakin, bom itu telah menewaskan keponakannya sendiri dan mengatakan bahwa dia menerima bayaran sekitar 3.600 dollar AS untuk pekerjaan tersebut.

"Mereka mengatakan, mereka berperang untuk Islam dan keadilan," kata Suleiman. "Mereka berbohong kepada kami. Mereka mengambil keuntungan dari kemiskinan kami."

ISIS telah menguasai wilayah luas di Suriah dan Irak dalam beberapa bulan terakhir, memenggal sejumlah wartawan Barat dan orang yang dinilai kafir saat berupaya untuk mendirikan sebuah "Negara Islam" yang independen di wilayah tersebut. Kelompok teror itu telah terkunci dalam sebuah pertempuran dengan pasukan Kurdi di kota Kobani di perbatasan Suriah bagian utara sejak pertengahan September. Amerika Serikat dan sekutunya sedang mengebom sejumlah posisi ISIS di sana, tetapi serangan udara belum mampu membebaskan Kobani dari cengkeraman kelompok itu.

Watson menulis, tahanan berikutnya yang dibawa para penjaga adalah seorang pria bernama Kareem yang mengaku berusia 19 tahun. Kareem mengatakan, dia dibayar 2.000 dollar AS untuk berperang bersama ISIS di garis depan Suriah selama lebih dari satu tahun dan dia punya sejumlah bekas luka untuk membuktikan hal itu. Ia mengangkat kemejanya. Tampaklah sejumlah bekas luka mengerikan yang berwarna pink dan coklat di perutnya.

"Saya tertembak di perut tiga kali," katanya. Dia juga punya bekas luka di lengan kanannya. Dia mengklaim, ISIS membius para anggotanya sebelum mereka pergi ke medan perang. "Mereka memberi kami obat-obatan," kata Kareem. "Obat-obatan yang merangsang halusinasi itu akan membuat Anda pergi ke medan pertempuran tanpa peduli Anda akan tetap hidup atau mati."

Kareem mengatakan, dira berperang selama satu tahun di seluruh wilayah yang dikendalikan ISIS. Dia mengatakan, sejumlah anggota milisi lainnya yang pernah bersama dia dijanjikan sejumlah istri oleh ISIS. Dia menambahkan, sebagian besar para milisi merupakan orang asing. Dia mengaku telah mengalami kesulitan berkomunikasi dengan para anggota ISIS lain karena mereka tidak berbicara bahasa Arab dalam dialek lokal Suriah. Kareem mengatakan, dia bahkan pernah bertemu seorang milisi ISIS asal Tiongkok.

Sebelum akhirnya ditangkap pihak Kurdi, Kareem mengklaim dia telah menyaksikan ISIS memenggal kepala banyak tahanan. "Setiap kali ISIS masuk ke suatu daerah ... orang-orang di sana yang tidak mematuhi hukum Islam versi mereka dinyatakan murtad," katanya. "Semuanya harus mengikuti cara ISIS. Bahkan, perempuan yang tidak menutup wajah mereka... perempuan itu dipenggal kepalanya."

Tahanan terakhir yang diwawancara Watson adalah Jaber, seorang mantan guru dan ayah dua anak yang juga mengaku terlibat dalam sebuah bom mobil.

Watson bertanya kepada Jaber apa yang akan dilakukannya jika dia bertemu Watson dalam berpatroli dengan ISIS.

"Anda akan mati," kata Jaber. "Ada berbagai jenis cara kematian, mereka pasti akan menyiksa Anda, mereka mungkin memenggal Anda, atau memotong tangan Anda. Mereka tidak hanya akan menembakkan peluru di kepala Anda."

Watson mengatakan, tidak mungkin baginya untuk mengonfirmasi apakah yang telah dikatakan para tahanan itu memang benar, atau apakah orang-orang itu sesungguhnya telah dilatih oleh pihak yang menahan mereka terkait apa yang harus dikatakan. Menurut Watson, orang-orang itu juga tampaknya tidak tahu banyak informasi tentang apa yang sedang terjadi di dunia luar.

Suleiman misalnya. Dia tampak terkejut ketika Watson mengatakan kepadanya bahwa koalisi pimpinan AS yang mencakup Arab Saudi dan Uni Emirat Arab sedang melakukan serangan udara untuk membombardir ISIS. "Saya berharap mereka membunuh semua orang-orang itu," kata Suleiman, dengan air mata membasahi matanya.

Ketiga orang itu mengatakan, bergabung dengan ISIS merupakan sebuah kesalahan. Mereka memohon kepada pihak Kurdi  untuk memberi mereka pengampunan.

Namun, orang-orang Kurdi yang menjalankan penjara ini mengatakan, jika dibebaskan, orang-orang itu kemungkinan akan kembali dan bergabung lagi dengan ISIS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com