Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Tengah Konflik Berdarah, Suriah Bangun Mal Mewah

Kompas.com - 20/10/2014, 16:01 WIB
BUKAN rumah sakit, bukan pula pusat rehabilitasi, panti yatim piatu, atau lembaga sejenis yang dibangun Suriah di tengah kecamuk perang yang sudah 3,5 tahun mengoyak negeri itu, tetapi mal dan proyek turisme.

Pada 9 Oktober lalu, Perdana Menteri Suriah Wael al-Halaqi meresmikan sebuah mal mewah baru di kota pantai Tartus, sekitar 251 kilometer barat laut Damaskus. ”Mal itu mencakup tujuh restoran, ruang bermain untuk anak-anak, dan toko- toko,” tulis Pemerintah Suriah dalam keterangan pers.

Bersama proyek turisme yang dikembangkan di kota tersebut, pembangunan mal itu menghabiskan 50 juta dollar AS (sekitar Rp 603,9 miliar). Proyek ini memang investasi swasta. Namun, itu tak mungkin terwujud tanpa dukungan rezim pemerintahan Bashar al-Assad.

Itulah yang membuat warga Suriah, termasuk para pendukung rezim Assad, geram. Kegeraman mereka ditumpahkan melalui forum media sosial. Jarang terjadi kelompok pro Assad melontarkan kritik keras kepada rezim yang mereka dukung

”Sepuluh miliar pound Suriah dihabiskan untuk satu mal, sedangkan tentara harus merogoh kocek sendiri untuk membiayai operasi mereka dan tak mampu makan selain kentang dan roti,” tulis seorang pendukung rezim Assad di Twitter.

Bahkan, kalangan yang bakal memetik keuntungan dari pembangunan mal dan proyek turisme itu juga mencuatkan kritik serupa. ”Proyek itu mengabaikan perasaan keluarga banyak tentara di provinsi ini yang gugur dalam perang,” kata seorang pegawai yang tak mau disebut namanya.
Motif rezim Assad

Tartus, kota di tepi Laut Mediterania, adalah salah satu kantong pertahanan Assad dan kelompok minoritas Syiah Alawiyah. Seperti kota-kota pantai di Provinsi Latakia, Tartus relatif terhindar dari kecamuk perang di Suriah yang telah menewaskan lebih dari 180.000 orang dan memaksa lebih dari 9 juta warga menjadi pengungsi.

Meski demikian, tentara Suriah yang tewas asal Tartus lebih banyak dari provinsi-provinsi lain di Suriah. Bagi rezim Assad, kota-kota pantai, seperti Tartus, dijadikan kantong-kantong untuk merekrut tentara dan para milisi pro rezim.

Jihad Yazigi, Direktur Syria Report, yang fokus pada ekonomi Suriah, mengatakan, keputusan rezim Assad untuk jalan terus dengan proyek mal dan turisme itu bagian dari pendekatan jangka panjang.

”Rezim ingin menunjukkan, ’semua baik-baik saja’, yakni situasi terkendali,” ujar Yazigi.

Ia menambahkan, Tartus menjadi incaran investor—juga magnet bagi pengungsi dari provinsi yang dilanda perang, seperti Aleppo dan Idlib—karena suasananya relatif tenang.

Berdirinya mal dan proyek turisme di tengah perang di Suriah memperlihatkan wajah rezim Assad yang sudah tumpul pada tragedi kemanusiaan di negerinya. Ironis. (AFP/SAM)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com