Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dihantam Badai Salju, Pendaki Senior Mapala UI Urung Gapai Chulu West

Kompas.com - 15/10/2014, 18:22 WIB
Latief

Penulis

NEPAL, KOMPAS.com — Tujuh pendaki senior dari kelompok Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) terjebak badai salju dan gagal mencapai puncak Chulu West di ketinggian 6.419 meter di atas permukaan laut (mdpl). Demikian dilaporkan pemimpin pendakian, Agus Radjani Panjaitan, dari Churi Ledar di ketinggian 4.200 mdpl (13.800 kaki).

Seperti diberitakan sebelumnya, Jumat (3/10/2014), tujuh pendaki senior Mapala UI dan dua pendaki lainnya yang juga dari Indonesia bersiap mendaki Chulu West. Perjalanan diawali dengan menjelajahi Annapurna Circuit atau mengelilingi Gunung Annapurna, kawasan Pegunungan Himalaya.

Radjani atau Djani melaporkan, pada Sabtu (11/10/2014) lalu, tim sudah tiba di base camp Thorung La di ketinggian 4.800 mdpl. Selanjutnya, Minggu (12/10/2014), tim melakukan aklimatisasi selama sehari penuh. Hal itu dilakukan karena esoknya, Minggu (13/10/2014), tim bersiap melanjutkan perjalanan hingga ke high camp di ketinggian 5.300 untuk selanjutnya menuntaskan pendakian hingga puncak (summit attack) Chulu West.

"Kami bersembilan sampai di high camp dan bersiap ke puncak, tapi terpaksa harus turun lagi ke base camp. Hanya tujuh dari kami yang bersiap summit attack, dua lagi tidak bisa melanjutkan pendakian," ujar Djani kepada Kompas.com.

Namun, rencana pendakian ke puncak Chulu West tersebut kandas. Djani menuturkan, pada Minggu pukul 23.00 waktu setempat, tim dihadang hujan salju lebat. Badai salju mengepung.

"Fix rope (tali tetap) sudah dipasang sampai Camp I yang kami jadikan tempat transit seandainya ada kejadian darurat menimpa. Tapi, memang, hujan salju benar-benar hebat. Hujan terus turun sampai pagi, tebalnya satu meter," ujarnya.

Dok Ari Nugroho/Facebook Tujuh pendaki senior Mapala UI dan dua pendaki lainnya juga dari Indonesia bersiap mendaki Chulu West. Perjalanan diawali dengan menjelajahi Annapurna Circuit atau mengelilingi Gunung Annapurna, kawasan Pegunungan Himalaya.
Djani melanjutkan, tim akhirnya sepakat untuk turun dalam kondisi hujan salju yang lebat. Hal tersebut dilakukan demi menghindari kondisi lebih parah dan risiko yang tak diinginkan.

"Dari high camp kami terus turun sampai kembali ke Ledar. Lama perjalanan kami tempuh tujuh jam dalam kondisi dihajar salju lebat terus-menerus. Tapi, ini lebih baik daripada terjebak salju atau avalanche di atas sana," kata Djani.

Terjebak salju

Saat berita ini diturunkan, tim pendakian masih berada di Churi Ledar. Badai salju masih mengepung kawasan tersebut dan menimbun semua rute perjalanan turun. Risiko paling mengkhawatirkan adalah terjangan avalanche atau longsoran salju.

"Semua jalan tertutup salju. Menurut para porter, kejadian di musim pendakian pada Oktober ini sangat jarang terjadi. Bahkan, dua porter kami terkena hipotermia dan nyaris 'lewat'. Satu pendaki Jerman bahkan ada yang tewas, tetapi sudah dievakuasi," kata Djani.

Djani mengatakan, saat ini kondisi tim pendakian sangat baik. Hanya saja, ia masih belum bisa memprediksi sampai kapan tim tersebut bertahan di Churi Ledar, mengingat badai salju ganas belum juga mereda.

"Memang sangat unpredictable. Baru saja kami mendapat kabar, empat pendaki Israel tewas terkena avalanche. Kemungkinan banyak pendaki terjebak di Thorung La," ujarnya.

Sebelumnya, pada 2011 lalu tim ini sudah berhasil menjejak di puncak Gunung Kilimanjaro atau Uhuru Peak, Tanzania, Afrika, di ketinggian 5.895 mdpl. Tim tersebut mencapai Puncak Uhuru melalui Machame Route, Sabtu (22/10/2011) pukul 10.00 waktu Tanzania. (Baca: Lewati Rute Terberat, Mapala UI Menjejak Puncak Kilimanjaro)

Adapun puncak Chulu West kali pertama didaki pada 1952 oleh sebuah tim ekspedisi asal Jepang. Pada 1985, tim Mapala UI sendiri pernah menjajal menyambangi puncak gunung tersebut. Sayangnya, pendakian tersebut gagal mencapai puncaknya.

"Semoga bisa membayar utang," kata Agung Sutiastoro, salah satu anggota pendakian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com