Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ISIS Akan Jadikan Ebola Senjata Biologi untuk Serang Barat?

Kompas.com - 10/10/2014, 18:42 WIB
LONDON, KOMPAS.COM - Kelompok teroris ISIS mungkin tengah mempertimbangkan penggunaan virus ebola sebagai senjata biologi bunuh diri untuk melawan Barat, kata seorang pakar militer.

Virus tersebut ditularkan melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.

Seorang pakar militer mengatakan, tidak akan sulit bagi kaum fanatik itu untuk terpapar virus tersebut dan kemudian melakukan perjalanan ke negara-negara di mana mereka ingin menularkan malapetaka itu. Kapten Purnawirawan Al Shimkus, seorang Guru Besar Bidang Keamanan Nasional di US Naval War College, mengatakan, strategi itu sangat masuk akal. Dia mengatakan kepada majalah Forbes, "Individu yang terkena virus ebola akan menjadi pembawa (penular). Dalam konteks kegiatan teroris, tidak butuh banyak kecanggihan untuk maju ke langkah berikutnya dengan menjadikan manusia sebagai pembawa."

Profesor Anthony Glees, direktur Pusat Studi Intelijen dan Keamanan Universitas Buckingham, setuju bahwa strategi itu mungkin dipertimbangkan. Dia mengtakan, "Dalam sejumlah hal, itu merupakan teori yang masuk akal. Kaum Militan ISIS percaya pada aksi bunuh diri dan itu merupakan sebuah tugas yang potensial bagi misi bunuh diri. Mereka sangat kejam dan mendapat informasi baik untuk mempertimbangkan hal itu, dan mereka tahu bahwa kita lalai di Inggris."

Virus ebola sedang merajalela di Afrika Barat. Sedikitnya 3.800 orang telah tewas hanya dalam hitungan bulan. Sejumlah kasus perdana kini muncul di Eropa di AS.

Kemungkinan bahwa ISIS bisa membuat situasi menjadi jauh lebih buruk merupakan salah satu hal yang harus ditangani dengan sangat serius, kata seorang pakar lain. Forbes melaporkan, dalam jurnal Global Policy yang terbit pada Mei 2013, Amanda Teckman, penulis naskah Ancaman Bioteroris Ebola di Afrika Timur dan Implikasinya terhadap  Kesehatan dan Keamanan Global menyimpulkan, "Ancaman serangan bioteroris ebola di Afrika Timur merupakan masalah kesehatan dan keamanan global, dan tidak boleh diabaikan."

Isu ini sebenarnya tidak baru. Kekhawatiran di Amerika bahwa ebola dapat digunakan sebagai senjata bilogi telah menjadi katalisaor munculnya Project Bioshield senilai 5,6 miliar dollar, kata sebuah sumber yang akrab dengan masalah, yang tidak mau namanya diberitakan. Proyek itu ditandatangani Presiden George W. Bush tahun 2004.

Namun, Jennifer Cole, peneliti senior di Royal United Services Institute, mengatakan bahwa sekarang bukan waktu terbaik untuk mengerjakan strategi itu, walau ia mengakui bahwa tidak mungkin ISIS menggunakan ebola sebagai senjata. Dia mengatakan kepada MailOnline, "Semua orang memperhatikan gejala-gejala ebola saat ini sehingga mereka akan sangat tidak mungkin untuk melakukan hal itu. Masalah lain dengan ebola adalah bahwa hal itu sangat sulit dikendalikan. Kaum militan bisa berakhir dengan melenyapkan diri mereka sendiri sebelum mereka punya kesempatan untuk menyebarkannya. Untuk serangan bunuh diri, memasang batang dinamit di dada Anda jauh lebih efektif."

Ahli keamanan Timur Tengah, Andreas Krieg, dari King’s College London's Department of Defence Studies menyuarakan skeptisisme yang sama. Dia mengatakan, "Memang mungkin bagi ISIS untuk menggunakan virus ebola karena hal itu merupakan sumber yang murah dan dapat diakses di Afrika Barat. Namun, mengingat WHO dan usaha masyarakat internasional untuk mencegah penyebaran virus itu, akan semakin sulit "mengekspor" virus itu melalui transportasi udara ke bagian lain dunia. Hal itu akan membutuhkan banyak usaha dan kesempatan keberhasilannya rendah."

Dia menambahkan, "Saat ini ISIS tidak berfokus ke Barat. Saat ini ISIS berfokus utuk memperluas wilayah dan pengaruhnya di Suriah dan Irak. Kelompok itu masih terjebak di sana. Dalam konteks ini, saya tidak melihat ada tempat yang bakal jadi sasaran ebola, sebagai sebuah senjata biologi, yang akan digunakan untuk melawan salah satu musuh mereka. Akan terlalu berisiko karena mereka mungkin akan menginfeksi anggotanya sendiri dan orang-orang yang tinggal di wilayah mereka."

Profesor Glees menambahkan, "Secara logistik akan sangat sulit untuk membawa seorang militan ISIS ke Afrika Barat, yang datang untuk berkontak dengan Ebola, menunggu hingga mengetahui mereka terinfeksi, kemudian melakukan perjalanan ke London."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Daily Mail
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com