Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Joshua Wong, Remaja Kurus Otak "Revolusi Payung" Hongkong

Kompas.com - 01/10/2014, 20:07 WIB
HONGKONG, KOMPAS.com - Usianya belum cukup tua untuk membeli minuman beralkohol atau mendapatkan surat izin mengemudi. Ditambah kaca mata tebal dan perawakan yang kurus siapa sangka Joshua Wong (17) merupakan salah satu "otak" aksi massa terbesar di Hongkong sejak 1997 yang hingga kini masih berlangsung.

Remaja kurus berkacamata ini sekarang menjadi ujung tombak aksi protes warga Hongkong yang menginginkan hak demokratis untuk memilih pemimpin baru mereka tanpa intervensi Beijing.

Pada Jumat (27/9/2014), Joshua termasuk satu dari puluhan orang yang ditahan polisi setelah pengunjuk rasa menerobos halaman depan kantor pusat pemerintahan Hongkong.

Pada Minggu malam polisi membebaskan Joshua tanpa dakwaan apapun. Setelah dibebaskan Joshua langsung turun kembali ke jalan dan kembali memimpin gerakan yang kini dikenal dengan nama "Revolusi Payung" itu.

Nama Joshua sudah dikenal sejak dia berusia 15 tahun. Saat itu dia juga memimpin gerakan pelajar "Scholarism" yang sukses mencegah sistem pendidikan nasional dimasukkan ke sekolah-sekolah Hongkong.

Sistem yang hendak diterapkan pemerintah China itu mengharuskan para pelajar menumbuhkan dan mengembangkan sebuah "keterikatan emosional dengan China".

Dengan menggunakan akses dunia maya Joshua membawa gerakan "Scholarism" menjadi lebih dikenal dunia. Di dunia maya Joshua dan Scholarism memiliki pengikut hingga beberapa ratus ribu orang dan ternyata kepopuleran Joshua di dunia maya itu sangat berguna saat perlawanan massa kembali muncul di Hongkong.

Dan di saat pemerintah memblokir akses internet Joshua terpaksa menggunakan FireChat, sebuah aplikasi pengiriman pesan berbasis Bluetooth yang bisa berfungsi bahkan saat jaringan telepon sangat sibuk, maka gerakan "Revolusi Payung" dengan cepat mendapat 100.000 pendukung tambahan dalam 24 jam dan melibatkan 800.000 percakapan sejak itu.

Cara polisi yang keras dalam merespon aksi unjuk rasa yang diawali para pelajar dan mahasiswa yang tak bersenjata itu justru menarik dukungan dari masyrakat berbagai usia di saat aksi protes ini memasuki tahap kritis.

Saat memprotes soal sistem pendidian, Joshua Wong menggerakkan para pelajar menduduki kantor-kantor pemerintahan selama 10 hari. Cara itu kembali diulanginya saat ini.

"Melawan sistem pendidikan nasional membutuhkan pendudukan oleh 100.000 orang. Maka saya kira hak pilih masyarakan sesungguhnya tidak akan diraih tanpa perlawanan warga," kata Joshua kepada harian South China Morning Post.

Pernyataan itulah yang membuat remaja kurus berkacamata itu kini dicap sebaga "ekstremis" oleh media massa China daratan. Sedangkan media massa Hongkong pro-Beijing menuding Joshua dimanipulasi pemerintah AS yang melihat potensinya dan akan menjadikan Joshua seorang "bintang politik".

Terkikisnya kebebasan pers ditambah nepotisme yang berujung hanya para politisi pro-Beijing yang bisa menduduki jabatan tinggi inilah yang menurut Joshua akan membuat Hongkong tak berbeda dengan kota-kota China lain yang berada di bawah kendali pemerintah pusat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com