Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/09/2014, 15:53 WIB
BAGHDAD, KOMPAS.com — Serangan udara koalisi pimpinan AS ternyata gagal menahan laju pasukan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Irak yang saat ini berjarak hanya satu jam dari perbatasan kota Baghdad.

Tiga setengah bulan setelah angkatan darat Irak dengan mudah dikalahkan di wilayah utara negeri itu oleh pasukan ISIS yang jumlahnya lebih kecil, masih dianggap sebagai sebuah kesalahan koordinasi.

Saat itu, banyak yang menganggap markas besar militer Irak gagak memasok amunisi, air bersih, dan makanan bagi pasukan yang bertempur di wilayah utara. Terpilihnya PM Haider Abadi menggantikan Nuri al-Maliki bulan lalu seharusnya membentuk pemerintahan yang bisa meminta minoritas Sunni menarik dukungannya terhadap ISIS.

PM Abadi berjanji akan menghentikan pengeboman acak terhadap warga sipil Sunni, tetapi kota Fallujah, yang mayoritas penduduknya adalah Sunni, selama sepekan terakhir dihujani bom yang menewaskan 28 orang dan melukai 117 orang lainnya.

Pertempuran memperebutkan Baghdad akan menjadi sebuah situasi sulit, terutama di kawasan yang dihuni warga Syiah dan Sunni, di mana kedua pihak mengkhawatirkan terjadinya pembantaian.

ISIS kini tengah merebut desa-desa dan kota Sunni di Provinsi Hilla yang selama ini gagal direbut kembali pasukan pemerintah meski sudah berulang kali melakukan operasi militer.

Angkatan bersenjata korup

Kondisi semakin buruk setelah PM Abadi memberhentikan perwira-perwira senior yang diangkat mantan PM Maliki. Namun, langkah ini tidak berimbas positif dalam memerangi korupsi di tubuh angkatan bersenjata.

Dalam pertempuran di Mosul, kota terbesar kedua di Irak, pada Juni lalu, pasukan Pemerintah Irak berjumlah sekitar 60.000 perseonel, tetapi hanya sepertiga yang benar-benar bertugas.

Penyebabnya adalah para perwira biasa memungut separuh gaji bawahannya dengan imbalan para bawahan itu bisa tinggal di rumah dan melakukan pekerjaan lain yang lebih menguntungkan.

Masalah lain adalah pasukan ISIS sangat mahir menyesuaikan diri dengan kondisi di medan pertempuran. Sebelum AS menggelar serangan udara, pasukan ISIS biasanya menggerakkan kolom-kolom pasukan dengan kekuatan 80-100 personel untuk menciptakan sebuah serangan dadakan.

Dengan adanya serangan udara maka taktik ini tak bisa digunakan tanpa adanya korban jiwa  yang besar. Namun, pasukan ISIS dengan cerdik bisa menyesuaikan diri dan tetap mampu beroperasi meski dihujani serangan udara.

Masalah lain bagi AS dan sekutunya adalah tidak ada jaminan pasukan Irak yang dikumpulkan kembali itu tidak akan pecah di tengah jalan. Bagian penting sayap militer Baghdad adalah milisi Syiah dukungan Iran yang sangat ditakuti penduduk Suni.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com