Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politik dan Olahraga

Kompas.com - 23/09/2014, 00:35 WIB
Budi Suwarna,
Hamzirwan

Tim Redaksi

Sumber KOMPAS

KOMPAS.com - Olimpiade Seoul pada 1988 tak sekadar kompetisi olahraga bagi Korea Selatan. Ajang ini juga merupakan kendaraan politik Korsel untuk mendapat pengakuan atas pencapaian ekonomi dan politiknya.

Sebelum 1980-an Korsel masih dipandang sebelah mata lantaran masuk dalam kategori negara agraris termiskin di dunia. Baru pada pertengahan 1980-an, Korsel melakukan lompatan besar dan berhasil menjadi negara industri baru.

Namun, pencapaian Korsel sebagai negara industri baru, tetap belum bisa menepis keraguan dunia pada ”Negeri Ginseng” yang ditetapkan sebagai tuan rumah Olimpiade pada 1981 itu. Keraguan itu, antara lain, bersumber pada fakta, bangsa itu secara teknis masih berperang dengan Korea Utara.

Contoh peristiwanya pun cukup gamblang. Sebuah pesawat komersial Korsel, Korean Air, diledakkan di udara oleh dua agen rahasia Korut pada 1987 atau setahun sebelum Olimpiade Seoul. Tujuannya, seperti diyakini banyak orang Korsel, agar orang takut datang ke Korsel.

Halangan dan tantangan internal juga ada seperti demonstrasi mahasiswa dan hal-hal menyangkut persiapan penyelenggaraan Olimpiade.

”Sebenarnya kami belum siap 100 persen menggelar acara sebesar itu, tetapi kami didorong untuk kuat dan mampu,” ujar Lee Kang-hyun, yang kini menjabat Presiden Korean Chamber of Comerce in Indonesia (Kocham, semacam kamar dagang Korsel di Indonesia).

Totalitas, ketabahan, dan keuletan bangsa Korsel akhirnya membuahkan hasil. Korsel bisa menggelar Olimpiade yang fantastis dengan 160 negara peserta 13.600 atlet, 2.700 delegasi IOC dan organisasi lain, serta 11.700 pewarta.

Atlet Korsel pun mencatat prestasi hebat dengan merebut 12 emas dan menempati peringkat ke-4 dari 160 negara. Baru pada Olimpiade 2008 di Beijing, atlet Korsel berikutnya bisa melampaui perolehan emas menjadi 13 keping.

Olimpiade Seoul benar-benar menjadi ajang pembuktian sekaligus titik penting Korsel untuk melangkah maju. Hal itu ditegaskan Presiden Roh Tae-woo dalam pidato pembukaan Olimpiade, Sabtu 17 September 1988, ”Lewat Olimpiade Seoul, kami sampai pada ambang gerbang dunia maju.”

Kini, Korsel sudah masuk cukup jauh ke dalam gerbang dunia maju. Mereka masuk tidak dengan berjalan, melainkan berlari.

Catatan:
Tulisan ini merupakan bagian kedua dari dua bagian tulisan, yang semula merupakan satu tulisan utuh di Harian Kompas edisi Minggu (21/9/2014) berjudul "Pintu Masuk ke Gerbang Dunia". Bagian pertama dari dua bagian tulisan ini berjudul "Ini Pembuka Pintu Gerbang Dunia bagi Korea".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber KOMPAS
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com