Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gara-gara Pemandu Sorak Cantik Korut Batal Tampil...

Kompas.com - 20/09/2014, 01:01 WIB

INCHEON, KOMPAS.com — Pembukaan Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, Jumat (19/9/2014), tak menyedot penonton sesuai harapan. Ketidakhadiran pemandu sorak cantik asal Korea Utara pada upacara pembukaan ini diakui turut jadi sebab.

"Para pemandu sorak Korea Utara akan memberikan kontribusi banyak untuk acara kami dan juga untuk meningkatkan hubungan di antara kedua Korea," aku Wali Kota Yoo Jeong-Bok, sebagaimana dilansir kantor berita nasional Yonhap, Jumat (19/9/2014).

Meski Korea Selatan dan Korea Utara masih berstatus perang sampai sekarang, diam-diam kemolekan pemandu sorak dari negara tertutup itu punya banyak pengagum di Negeri Ginseng.

Terbelit ekonomi

Kota Incheon pun kini terancam semakin tenggelam dalam utang. "Memang benar beban keuangan kami telah meningkat karena Asian Games," ujar Yoo. "Namun, saya percaya hal itu akan meningkatkan nilai jual kota kami dan menarik investor asing."

Ajang ini telah memakan biaya hampir 2 miliar dollar AS (setara lebih dari Rp 23 triliun). Incheon pun sekarang sudah menjadi kota paling terjerat utang se-Korea Selatan. Sampai hari pembukaan, penjualan tiket masih jauh dari target. (Baca: Bangku Kosong Mengancam Asian Games)

Ada banyak infrastruktur baru dalam penyiapan acara ini. Blok baru menara, jalur kereta bawah tanah, dan deretan fasilitas olahraga yang mengilap.

"Acara olahraga besar tak menarik perhatian publik lagi," keluh Park Song-Moo, seorang pekerja di Incheon. Bila Olimpiade Seoul 1988 mendapat pujian luas dan menjadi titik balik kemajuan Korea Selatan, dia berujar, situasi sekarang sudah berkebalikan.

"Kekhawatiran terbesar kami adalah ekonomi. Kaum muda punya kepentingan baru saat waktu luang dan kegiatan pribadi, seperti internet, bukan olahraga," lanjut Park. (Baca: Segala yang Maya, Operasi Plastik, hingga Kencan Buta yang "Menggila" di Korea)

Selain itu, Park berpendapat, masyarakat Korea Selatan sekarang sudah sangat terdigitalisasi, sebagai alasan lain dari sepinya pembeli tiket Asian Games. "Orang dapat menonton Asian Games secara real time menggunakan smartphone, tak perlu ke stadion," papar Park.

Sementara itu, Park Sung-Ae (33), seorang ibu rumah tangga di Incheon, mengaku ingin membeli tiket untuk laga yang menampilkan bintang olahraga Korea Selatan. Namun, sudah tak ada tiket tersisa untuk pertandingan semacam itu.

"Minat masyarakat untuk Asian Games tidak begitu kuat, dan orang-orang tidak akan mau mengeluarkan uang untuk olahraga yang tak populer," ujar Park. "Kami lebih peduli tentang anggaran kami."

Menurut Park, beberapa warga negara tersebut bahkan berpendapat, Korea Selatan seharusnya tak perlu lagi membuang uang untuk ajang internasional yang mahal dari uang pajak. "Ini karena ujungnya akan ada kenaikan pajak lagi (untuk menambal kekurangan biaya)."

Secercah optimisme

Namun, optimisme juga masih terdengar di tengah nada-nada suram soal ajang ini. "Asian Games akan membantu negara dan kota untuk membangun citra kami. Saya juga percaya, ini akan membantu mengaktifkan perekonomian daerah kami," kata Lee Jung-Ae (33).

Sebelumnya, belitan utang senilai 32 miliar dollar AS juga sudah membelenggu Guangzhou, Tiongkok, setelah kota itu menjadi tuan rumah acara serupa, empat tahun lalu.

Lalu, Jumat, Dewan Olimpiade Asia (OCA) telah memilih Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018, setelah Vietnam mengundurkan diri sebagai tuan rumah karena tak sanggup membiayai acara tersebut. (Baca: OCA Setuju Indonesia Tuan Rumah Asian Games 2018)

Akankah Incheon tenggelam dalam utang? Siapkah Indonesia menjadi tuan rumah pada 2018?

Baca juga:
- Jakarta Siap Jadi Tuan Rumah Asian Games 2018
- "Drama" di Depan Mata
- Indonesia, Ini Soal Momentum

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com