Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/09/2014, 09:44 WIB
VATIKAN, KOMPAS.com — Pihak Vatikan telah diperingatkan bahwa Paus Fransiskus menghadapi sebuah risiko upaya pembunuhan oleh kaum militan ISIS jelang kunjungan pertamanya ke negara mayoritas Muslim pada akhir pekan ini.

Saat Paus berusia 77 tahun itu bersiap-siap untuk melakukan perjalanan ke Albania pada hari Minggu (21/9/2014) mendatang untuk kunjungan selama sehari, Duta Besar Irak untuk Takhta Suci, Habeeb Al Sadr, mengatakan, ada sebuah ancaman yang dapat dipercaya terkait nyawa Sri Paus. Pemimpin Gereja Katolik Roma itu juga bisa terancam saat dia melakukan perjalanan ke Turki pada November, kata Al Sadr.

Kaum militan ISIS dalam beberapa pekan terakhir sesumbar bahwa mereka ingin memperluas kekhalifahannya hingga ke Roma, jantung Gereja Kristen Barat, dan telah membahas rencana untuk menancapkan bendera hitam kaumnya di atas Basilika Santo Petrus.

Habeeb Al Sadr mengatakan, ada juga sejumlah indikasi ancaman yang lebih spesifik terhadap Paus Fransiskus, yang baru-baru ini mengatakan bahwa dia mendukung AS dan para sekutunya untuk menghentikan laju agresi ISIS di Suriah dan Irak.

"Apa yang telah dinyatakan oleh kelompok yang menyebut dirinya Negara Islam itu jelas, mereka ingin membunuh Paus. Ancaman terhadap Paus kredibel," kata Duta Besar itu kepada harian Italia, La Nazione, Selasa (16/9/2014).

"Saya yakin mereka bisa mencoba untuk membunuhnya dalam salah satu perjalanan ke luar negerinya atau bahkan di Roma. Ada sejumlah anggota ISIS yang bukan orang Arab, tetapi orang Kanada, Amerika, Perancis, Inggris, dan Italia juga. ISIS bisa melibatkan semua orang itu untuk melakukan serangan teroris di Eropa."

Dubes itu mengatakan, Paus telah membuat dirinya jadi target dengan menentang pelanggaran HAM yang dilakukan terhadap orang Kristen di Suriah dan Irak, serta terkait persetujuannya terhadap upaya AS untuk menggulung ISIS.

"Dalam kasus-kasus seperti ini, di mana ada sebuah agresi yang tidak adil, maka sah untuk menghentikan agresor itu," kata Paus dalam sebuah wawancara di atas pesawat saat pulang dari kunjungan ke Korea Selatan bulan lalu. "Namun, saya tekankan 'menghentikan'. Saya tidak mengatakan mengebom atau berperang, melainkan menghentikannya," kata Paus.

Duta besar itu, yang telah ditempatkan di Roma selama empat tahun, mengatakan, "Kelompok kriminal ini tidak hanya melontarkan ancaman, di Irak mereka telah merusak dan menghancurkan beberapa situs paling suci kaum Syiah. Mereka telah menyerang tempat-tempat ibadah orang Yazidi dan Kristen. Mereka telah menyatakan bahwa siapa pun yang tidak bersama mereka berarti melawan mereka. Pilihannya hanya dua, pindah agama atau dibunuh. Dan mereka melakukannya, itu adalah genosida."

Vatikan tidak terlalu menganggap serius peringatan itu. Vatikan mengatakan, pihaknya tidak mendapat laporan yang dapat dipercaya tentang ancaman terhadap nyawa Paus dan bahwa dia tidak akan mengubah rutinitas sehari-harinya atau meninjau ulang rencana kunjungannya ke Albania.

"Tidak ada ancaman atau risiko spesifik yang akan mengubah perilaku Paus atau pola perjalanan yang diatur," kata Pater Federico Lombardi, juru bicara Vatikan, seperti dikutip The Telegraph.

Dalam kunjungan Paus ke Tirana, ibu kota Albania, pada hari Minggu mendatang, dia akan merayakan misa di alun-alun utama kota itu dan berkeliling dengan mobil kepausan yang beratap terbuka, seperti biasa, kata Pater Lombardi. Paus ingin agar tidak ada hambatan antara dia dan orang-orang biasa yang akan dijumpainya.

Tidak ada langkah-langkah keamanan tambahan yang akan diambil dalam perjalanan ke Albania itu, meskipun ada peringatan sebelumnya bahwa kaum militan Albania yang telah pulang dari pertempuran di Suriah atau Irak mungkin akan merencanakan serangan. Para pejabat keamanan Vatikan tetap "tenang" jelang kunjungan satu hari itu, kata Lombardi.

Perjalanan ke Albania dimaksudkan untuk merayakan kelahiran kembali kekristenan setelah keyakinan agama hancur di bawah pemerintahan Komunis Enver Hoxha, dan untuk menunjukkan bagaimana umat Katolik, Ortodoks, dan Muslim bisa hidup dalam harmoni di negara berpenduduk tiga juta orang itu.

Hoxha, seorang diktator garis keras, menyatakan, Albania sebagai negara ateis pertama di dunia tahun 1967 dan mengizinkan penganiayaan terhadap umat Katolik.

Rencana kunjungan Paus ke Turki, yang akan meliputi sejumlah acara di Ankara dan Istanbul, dijadwalkan akan berlangsung pada 29 dan 30 November 2014.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com