Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluarga Wartawan AS: Pemimpin ISIS Langgar Ajaran Islam

Kompas.com - 04/09/2014, 14:58 WIB
MIAMI, KOMPAS.COM — Keluarga Steven Sotloff, wartawan AS yang baru saja dipenggal ISIS, punya pesan untuk pemimpin kelompok teror yang terkenal karena kejahatannya itu. Mereka ingin mendapat jawaban darinya terkait dosa yang dilakukannya dengan memenggal wartawan itu.

Keluarga Sotloff buka suara, Rabu (3/9/2014), pada hari yang sama saat sejumlah pejabat intelijen AS mengatakan bahwa eksekusi yang direkam dalam video itu otentik.

"Saya punya pesan untuk Abu Bakr al-Baghdadi. Di mana belas kasih Anda?" kata juru bicara keluarga itu, Barak Barfi, yang membacakan pernyataan keluarga itu dalam bahasa Arab kepada para wartawan.

"Wayluk," kata Barfi, dengan menggunakan sebuah frasa bahasa Arab yang kira-kira dapat diterjemahkan sebagai telah melakukan sebuah dosa besar.

Pernyataan itu kemudian berlanjut dengan mengutip sejumlah ayat Al Quran, bertanya kepada Al Baghdadi mengapa ia melanggar prinsip-prinsip ajaran Islam. "Saya mau berdiskusi dengan Anda secara baik-baik. Tidak ada pedang di tangan saya dan saya menantikan jawaban Anda," kata pernyataan yang dibacakan Barfi itu.

Dalam bahasa Inggris, Barfi mengatakan kepada para wartawan yang berkumpul di luar rumah keluarga Sotloff di Miami, "Hari ini, kita berduka. Minggu ini, kita berkabung. Namun, kita akan keluar dari cobaan ini... Kita tidak akan membiarkan musuh-musuh kita menyandera kita dengan satu-satunya senjata yang mereka miliki, yaitu rasa takut."

Pernyataan tersebut muncul hanya beberapa jam setelah Presiden Barack Obama mengatakan bahwa AS tidak akan terintimidasi oleh pembunuh dua wartawan Amerika. Dua minggu lalu, ISIS juga telah memenggal wartawan AS yang lain, yaitu James Foley.

"Mereka yang membuat kesalahan dengan melukai warga Amerika akan tahu bahwa kita tidak akan lupa... bahwa jangkauan kita panjang dan keadilan akan ditegakkan," kata Obama dalam konferensi pers di Estonia, tempat di mana dia bertemu dengan para pemimpin negara-negara Baltik.

ISIS mengatakan, pembunuhan dua wartawan itu merupakan akibat dari keputusan Obama yang melakukan serangan udara di Irak terhadap ISIS, yang kini menyebut dirinya Negara Islam.

Menteri Pertahanan AS, Chuck Hagel, kepada CNN mengatakan, tujuan serangan AS adalah untuk "mendegradasikan dan menghancurkan" kemampuan ISIS di Irak dan Suriah.

"(Pemenggalan) ini membuat Anda mulas, tetapi itu sekali lagi mengingatkan Anda tentang kebrutalan dan kebiadaban yang sedang terjadi di beberapa tempat di dunia," kata Hagel. Karena itu, kata Hagel, kita harus menghentikan mereka.

Semua opsi, kecuali invasi darat, berada di atas meja demi mengatasi ancaman yang ditimbulkan ISIS. Demikian kata Hagel. Opsi-opsi itu termasuk kemungkinan serangan udara di Suriah. ISIS telah membentuk basis di dan sekitar kota Raqqa.

Namun, ada pertanyaan tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengalahkan ISIS. "Hal itu, seperti yang Presiden katakan, harus menjadi upaya berkelanjutan. Itu akan memakan waktu," kata Deputi Penasihat Keamanan Nasional AS Tony Blinken kepada CNN.

Wakil Presiden Joe Biden menegaskan bahwa AS akan mengejar para pembunuh itu hingga ke gerbang neraka. "Sebagai sebuah bangsa, kita bersatu, dan ketika orang-orang menyakiti rakyat Amerika, kita tidak mundur, kita tidak lupa," kata Biden di dekat Portsmouth, New Hampshire.

"Kami peduli mereka yang berduka. Ketika hal itu selesai, mereka harus tahu bahwa kita akan mengejar mereka ke gerbang neraka sampai mereka diseret ke pengadilan karena neraka adalah tempat tinggal mereka. Neraka adalah tempat di mana mereka akan tinggal."

Video eksekusi Sotloff telah di-posting di dunia maya pada Selasa. Dalam adegan mengerikan yang mirip dengan video sebelumnya terkait kematian James Foley, Sotloff berlutut di padang pasir. Ia mengenakan seragam penjara berwarna oranye. Seorang algojo bertopeng berdiri di sampingnya, sambil memegang pisau.

"Saya kembali, Obama, dan saya kembali karena kebijakan luar negeri Anda yang angkuh terhadap Negara Islam," kata algojo itu. "Karena rudal-rudal Anda terus menyerang rakyat kami, pisau kami akan terus menggorok leher rakyat Anda."

Algojo itu tampaknya orang yang sama dan lokasi kedua pembunuhan itu pun tampaknya sama, mungkin di atau sekitar Raqqa, salah satu daerah paling aman untuk ISIS. Demikian kata Peter Neumann, profesor di King's College London.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com