Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Gadis Remaja Yazidi Lari dari Sekapan Kaum Militan ISIS

Kompas.com - 04/09/2014, 09:46 WIB
NEW YORK, KOMPAS.COM — Saat Adeba Shaker tiba di sebuah rumah di Raabia, Irak, setelah diculik kaum militan Negara Islam atau ISIS bulan lalu, salah seorang dari penculiknya menerima panggilan telepon. Tak lama kemudian, kelima pria di apartemen itu mengambil senjata mereka dan bergegas keluar.

Shaker, gadis berusia 14 tahun dari etnis minoritas Yazidi, mendengar suara sejumlah truk meninggalkan tempat itu. Suasana lalu senyap. Itu kali pertama dalam 20 hari dia dan seorang gadis lain yang disekap bersamanya berada dalam kondisi sendirian, tanpa penjaga, dan pintu terbuka.

Kaum militan ISIS telah memperdagangkan Shaker dari desanya di Sinjar di Irak timur laut ke perbatasan Suriah. Gadis itu dijadikan "hadiah" untuk para anggota militan di garis depan. Dia harus menganut Islam dan dipaksa untuk menikah dengan salah satu dari mereka.

"Ketika (para anggota militan itu) meninggalkan kami, saya panik. Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan. Saya lihat sebuah tas yang penuh ponsel dan saya menelepon saudara saya," kata Shaker via telepon dari sebuah kamp untuk pengungsi di Irak.

Di telepon, Samir, kakaknya, menyuruh gadis itu pergi ke sebuah rumah terdekat dan meminta bantuan serta petunjuk untuk mencapai perbatasan tempat pejuang dari Partai Pekerja Negara Kurdistan (PKK) sedang memerangi kelompok militan ISIS. Samir mengatakan bahwa PKK akan membantu dia.

"Itu seperti berjudi karena saya tidak tahu siapa yang menjadi teman dan siapa yang menjadi musuh," kata Shaker.

Dia dan temannya memutuskan untuk mencoba keberuntungan mereka. Kedua gadis itu menyelinap keluar dari rumah tersebut dan mengetuk pintu rumah tetangga. "Kami menjelaskan situasinya kepada mereka dan mereka menunjukkan kepada kami jalan ke perbatasan. Kami tidak pernah menoleh."

Kedua gadis itu berangkat ke garis depan.

"Saya tak bisa berjalan tegak, kaki saya gemetaran dan jantung saya berdetak sangat cepat. Kami berlari, berjalan, dan kami tidak pernah melihat ke belakang," kata Shaker.

Setelah dua jam berjalan, mereka mendengar suara tembakan. Saat mereka mendekat, mereka melihat sekelompok pejuang PKK. Mereka pun mulai berlari ke arah pejuang PKK itu. "Saya menangis dan tertawa pada saat bersamaan," katanya. "Kami bebas!"

Adeba Shaker adalah salah satu dari beberapa warga Yazidi yang lolos dari kaum militan ISIS yang telah mengambil alih sebagian besar wilayah Irak dan Suriah dalam beberapa bulan terakhir. Puluhan ribu warga Yazidi melarikan diri dari tanah air leluhur mereka di Sinjar dan desa-desa lain. Mereka lari dari kejaran kelompok militan ISIS, yang menganggap warga Yazidi sebagai penyembah setan yang harus menganut Islam versi radikal kelompok itu atau mereka akan mati.

Selain Shaker, kelompok militan itu menculik sedikitnya 73 perempuan dan anak-anak dari desanya dan memperdagangkan mereka di Irak utara. Shaker ingat bagaimana para anggota militan itu memisahkan perempuan tua dari kelompok mereka.

Perempuan muda dan para gadis remaja dilaporkan menghadapi nasib yang mengerikan. Setelah diperkosa beramai-ramai, mereka akan dijual kepada penawar tertinggi.

Perempuan dewasa dan gadis remaja dilelang seharga sedikit 10 dollar AS (atau sekitar Rp 100.000), kata sejumlah laporan. Yang lainnya, seperti Shaker, harus menikah dengan para anggota militan.

"Saat paling menakutkan adalah pada malam pertama setelah mereka menangkap kami," kenang Shaker. "Kami tiba di sebuah kantor polisi di kota lain. Semua orang dalam kondisi menangis dan menjerit. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi pada kami."

Halaman:
Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com