Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/09/2014, 09:29 WIB
WASHINGTON, KOMPAS.com — Satu lagi wartawan AS dipenggal kaum militan ISIS setelah James Foley pada bulan lalu. Sebuah video terbaru yang memperlihatkan pemenggalan wartawan bernama Steven Sotloff telah beredar di internet. Aksi sadis tersebut, yang dilakukan untuk menindaklanjuti ancaman pembunuhan terhadap wartawan itu, disampaikan sebagai "pesan kedua kepada Amerika" agar menghentikan serangan udara di Irak.

Dalam video yang di-posting di dunia maya, Selasa (2/9/2014), Sotloff mengatakan—dalam sebuah pesan yang pasti telah ditulis oleh para penculiknya—bahwa ia "sedang membayar harga" atas intervensi militer AS.

Komunitas intelijen di AS sedang berupaya untuk memastikan keaslian video itu. Keluarga wartawan tersebut pun sedang menunggu pernyataan resmi bahwa Sotloff telah dibunuh. "Keluarga sudah mengetahui video itu dan sedang berduka," kata juru bicara keluarga itu, Barak Barfi.

Pembunuhan Sotloff menyusul ancaman ISIS pada bulan lalu, yang disampaikan dalam rekaman pemenggalan wartawan Amerika, James Foley. Video terbaru itu juga berisi ancaman terkait nyawa seorang yang lain, yang oleh kelompok teror itu diidentifikasikan sebagai David Haines asal Inggris.

Seorang militan ISIS bertopeng dalam video terbaru itu mengirim pesan kepada Presiden AS Barack Obama. Ia mengatakan, "Karena rudal-rudal Anda terus menyerang orang-orang kami, maka pisau kami akan terus menggorok leher orang-orang Anda."

ISIS yang kini berganti nama menjadi Negara Islam telah berkembang dan bermutasi selama perang sipil di Suriah. Kelompok itu menyapu wilayah Irak pada Juni lalu dengan merebut wilayah luas di provinsi-provinsi Irak utara dan barat yang didominasi golongan Sunni di negara itu.

Obama telah memerintahkan serangan udara di Irak yang dimulai pada awal Agustus setelah kaum militan ISIS menyasar kaum etnis minoritas Yazidi dan melancarkan serangan terhadap ibu kota wilayah otonomi Kurdi, Arbil.

Dalam video pemenggalan Sotloff, ISIS khusus merujuk pada tindakan militer AS dalam beberapa hari terakhir, termasuk serangan udara AS pada akhir pekan lalu yang telah membantu untuk mematahkan pengepungan Amerli, kota di Irak utara yang merupakan tempat tinggal bagi ribuan kaum minoritas Syiah Turkmen.

Para pejabat intelijen AS kini menganalisis video itu. Mereka mencoba untuk menjawab sejumlah pertanyaan penting, kata seorang pejabat senior Pemerintah AS.

Pertanyaan tersebut, kata pejabat itu, antara lain, kapan video itu direkam? Di mana lokasi rekamannya? Apakah pembunuh dalam video Sotloff merupakan orang yang sama yang ada dalam video Foley? Sampai mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, kata pejabat itu, Pemerintah AS tidak ingin berspekulasi.

ISIS diyakini masih menyekap "sejumlah kecil" sandera Amerika, kata pejabat yang tidak mau diungkap namanya.

Dalam video baru tersebut, kaum militan juga mengancam nyawa Haines, yang ditampilkan sedang berlutut bersama seorang militan yang berdiri di belakangnya. "Kami menggunakan kesempatan ini untuk memperingatkan pemerintahan-pemerintahan yang telah menjadi anggota aliansi jahat Amerika terhadap Negara Islam agar mundur dan meninggalkan rakyat kami," kata seorang militan itu.

Belum diketahui pasti siapa Haines dan kapan dia ditangkap. Namun, Washington Post melaporkan bahwa dia adalah seorang pekerja bantuan sosial yang diculik pada Maret 2013 di dekat sebuah kamp pengungsi di provinsi Idlib di Suriah utara. Harian itu mengutip seorang pekerja bantuan yang tidak mau disebutkan namanya. Sumber itu telah terlibat dalam upaya untuk membebaskan Haines.

Perdana Menteri Inggris David Cameron mengatakan kepada wartawan bahwa ia tahu laporan terkait video terbaru itu dan menyebut pembunuhan Sotloff sebagai "tindakan yang benar-benar menjijikkan dan tercela."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com