Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Korea Selatan Semakin Jarang Santap Daging Anjing

Kompas.com - 28/08/2014, 17:21 WIB
SEOUL, KOMPAS.com — Selama lebih dari 30 tahun, juru masak dan pemilik restoran, Oh Keum-il, membangun reputasinya sebagai ahli salah satu masakan khas Korea Selatan, daging anjing.

Saat memasuki usia 20-an, Oh berkelana ke seluruh Korea Selatan untuk mempelajari resep memasak daging anjing dari tiap daerah di negeri itu.

Dia bahkan sempat pergi ke Pyongyang sebagai bagian dari delegasi bisnis. Di ibu kota Korea Utara itu, Oh mencicipi berbagai jenis masakan daging anjing, mulai dari daging anjing rebus hingga gula-gula daging anjing yang disajikan salah satu hotel terbaik Korea Utara, Hotel Koryo.

Oh lalu menggunakan daging anjing sebagai pengganti daging sapi untuk semua makanan khas Korea Selatan, misalnya bibimbap. Namun, pengalaman nyaris seumur hidup perempuan berusia 58 tahun itu tak lama lagi akan menjadi sejarah.

Pada Jumat (29/8/2014), Daegyo, restoran daging anjing yang dibuka Oh di sebuah gang kota Seoul pada 1981, akan menghidangkan boshintang atau daging anjing rebus untuk kali terakhir.

Beberapa tahun belakangan, beberapa kelompok yang menentang konsumsi daging anjing mulai bermunculan di Korea Selatan. Bahkan, para aktivis hak-hak binatang berunjuk rasa di dekat restoran milik Oh, mendesak warga Seoul tidak lagi menyantap daging hewan yang dianggap sebagai kawan terbaik manusia itu.

Penutupan restoran milik Oh yang oleh surat kabar lokal disebut sebagai "Tanah Suci Boshintang" dan menjadi langganan dua mantan presiden, Lee Myung-bak dan mendiang Roh Moo-hyun, menunjukkan pandangan warga Korea Selatan terhadap anjing mulai berubah. "Jarak antargenerasi terlalu besar di Boshintang. Tak ada pelanggan muda," kata Oh.

Memelihara anjing

Para pemuda Korea Selatan tumbuh dengan siaran televisi yang menayangkan cara-cara memelihara anjing dan hewan peliharaan lain yang, menurut Oh, menghilangkan selera untuk menyantap daging anjing.

Dulu, pada 1980-an, restoran Oh bisa menjual 700 mangkok daging anjing rebus setiap hari. Kini Oh hanya bisa menjual kurang dari separuh jumlah itu. "Selain itu, pemuda Korea Selatan kini menikmati variasi makanan yang beragam dibanding generasi terdahulu yang hidup di tengah kemiskinan akibat Perang Korea," lanjut Oh.

Sementara itu, Institut Riset Ekonomi Nonghyup memprediksi bisnis hewan peliharaan di Korea Selatan akan berkembang hingga 5,9 miliar dollar AS pada 2020. Selain itu, kini satu dari lima rumah tangga di Korea Selatan memiliki anjing atau kucing sebagai hewan peliharaan.

Sejauh ini tidak ada data terkait industri daging anjing di Korea Selatan. Namun, orang-orang yang memelihara anjing sebagai ternak atau para pemasok daging anjing ke restoran-restoran mengakui konsumsi daging hewan ini menurun.

Choi Yung-im, sekretaris jenderal asosiasi peternak anjing Korea Selatan, mengatakan, daging anjing yang pernah menjadi salah satu makanan favorit setelah daging ayam, babi, dan sapi, kini sudah digeser daging bebek, meski sejumlah restoran tetap memasukkan daging anjing ke dalam menu mereka.

Choi memperkirakan sekitar dua juta hingga 2,5 juta ekor anjing dikonsumsi di Korea Selatan setiap tahunnya.

Kini, semakin sedikitnya warga Korea Selatan, terutama para pemuda, mengonsumsi daging anjing membuat Oh harus realistis. Dia berencana akan mengubah restorannya menjadi restoran khusus masakan daging sapi.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com