Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis Daging Tikus Sawah di Kamboja Terus Meningkat

Kompas.com - 25/08/2014, 16:26 WIB

PHNOM PEHN, KOMPAS.com - Sebuah panen unik berlangsung di sawah-sawah Kamboja di mana puluhan ribu tikus liar dijebak dalam keadaan hidup setiap hari untuk memenuhi kebutuhan daging tikus di pasaran.

Meski dikenal sebagai pembawa penyakit di tengah masyarakat tetapi jenis tikus sawah atau Rattus argentiventer dari Asia Tenggara ini dianggap lezat dan sehat untuk dimakan karena gaya hidup mereka dan diet organik.

Biasanya tikus-tikus ini ditangkap setelah panen padi pada bulan Juni dan Juli, saat mereka kekurangan makanan, di wilayah pedesaan provinsi Kompong Cham, sekitar 60km dari ibukota Phnom Penh.

Kurangnya makanan bertepatan dengan musim hujan yang memaksa sejumlah tikus bergerak pindah ke tempat yang lebih tinggi, dan seorang petani lokal Chhoeun Chhim (37) mengatakan ia telah mengatur sekitar 120 buah perangkap tikus setiap malam.

"Tikus-tikus liar sangat berbeda. Mereka makan makanan yang berbeda," kata Chhim yang menjelaskan perbedaan antara tikus sawah dan tikus kota, yang dia anggap sebagai hama dan tidak layak dimasak

"Tikus-tikus (kota) itu pada umumnya kotor dan punya banyak kudis di kulitnya.Itu sebabnya kita tidak menangkap mereka," tambah Chhim.

Dia mengatakan bahwa tikus-tikus yang ditangkapnya menyantap makanan yang berkualitas seperti: batang padi, sayuran, dan akar tanaman liar. Sehingga daging mereka sangat layak untuk dikonsumsi.

Bisnis besar

BBC Para perempuan Kamboja ini membersihkan daging tikus sawah sebelum dijual ke pasar atau disantap.

Bagi beberapa orang menangkap tikus bisa menjadi penghasilan tambahan yang lumayan. Chhim misalnya, jika beruntung dia dapat mengumpulkan sekitar 25kg tikus.

"Setelah musim panen tikus-tikus itu tidak punya banyak makanan, jadi ini merupakan waktu yang baik untuk menangkap mereka," katanya.

Rasanya ,"sedikit seperti daging babi" kata Chhim yang mengaku bahwa memakan daging tikus sebenarnya bukan pilihannya.

"Kami menjual tikus-tikus untuk uang dan membeli ikan sebagai gantinya," kata Chin Chon (36) penangkap tikus lainnya saat ia menurunkan beberapa tangkapannya untuk ditimbang, dan dikemas ulang untuk kemudian dijual.

Pada puncak musim penangkapan tikus, pedagang tikus Saing Sambou, 46, mengaku dapat mengekspor hingga dua ton tikus setiap pagi ke Vietnam.

Dalam 15 tahun terakhir, usahanya telah berkembang hampir sepuluh kali lipat. Daging tikus awalnya dijual kurang dari 20 sen dolar per kg, sekarang dia mendapatkan 2,50 dolar ASper kg, dan permintaan daging tikus meningkat setiap tahun.

Hean Vanhorn, seorang kepala departemen di Kementerian Pertanian di Phnom Penh, mengatakan perdagangan daging tikus juga membantu melindungi tanaman padi di negara itu. "Berburu tikus untuk dimakan dan dijual merupakan kontribusi untuk mencegah kerusakan padi," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com