Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibu Wartawan AS yang Dipenggal ISIS: Kami Bangga dengan Putra Kami

Kompas.com - 20/08/2014, 11:45 WIB
WASHINGTON, KOMPAS.com — Kelompok militan ISIS yang kini berganti nama menjadi Negara Islam mem-posting sebuah video pada Selasa (19/8/2014) yang memperlihatkan eksekusi terhadap wartawan Amerika, James Foley, dan mengancam akan membunuh seorang wartawan lagi kecuali Amerika Serikat menghentikan serangan udaranya di Irak. Video yang dirilis kelompok militan itu menampilkan seorang militan bertopeng memenggal seorang pria yang mirip Foley, yang telah hilang sejak dia ditangkap di Suriah pada November 2012.

Seorang tawanan kedua, yang dikatakan sebagai reporter asal AS, Steven Sotloff, diperlihatkan dalam keadaan masih hidup, tetapi disertai peringatan bahwa nasibnya tergantung pada Presiden AS Barack Obama. Jika Obama memerintahkan penghentian serangan terhadap kelompok militan itu, sosok yang disebut sebagai Sotloff itu akan tetap hidup.

Menyusul beredarnya video itu, Diane, ibu Foley, menulis di Facebook, "Kami sangat bangga terhadap putra kami Jim. Ia membaktikan hidupnya untuk berupaya mengekspos penderitaan rakyat Suriah kepada dunia."

Diane menambahkan, "Kami memohon kepada para penculik untuk menyayangi nyawa para sandera yang tersisa. Sebagaimana Jim, mereka tak berdosa. Mereka tidak punya kendali atas kebijakan Pemerintah Amerika di Irak, Suriah, atau di mana saja di dunia. Kami berterima kasih kepada Jim untuk semua kegembiraan yang dia berikan bagi kami. Dia adalah putra, saudara, wartawan, dan orang yang luar biasa. Tolong hormati privasi kami pada hari-hari mendatang saat kami berkabung dan mengenang Jim."

Gedung Putih mengatakan, intelijen AS sedang mempelajari video tersebut. Presiden Barack Obama dilaporkan telah diberitahu tentang hal itu saat dia terbang dari Washington untuk melanjutkan liburannya di Martha Vineyard. "Jika asli, kami merasa ngeri dengan pembunuhan brutal terhadap seorang wartawan Amerika yang tidak bersalah dan kami menyampaikan dukacita yang mendalam kepada keluarga dan teman-temannya," kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Caitlin Hayden.

Foley merupakan seorang koresponden berpengalaman yang telah meliput perang di Libya sebelum menuju ke Suriah untuk melihat dari dekat pemberontakan terhadap rezim Bashar Al-Assad. Foley memberikan laporannya untuk situs berita GlobalPost, Agence France-Presse (AFP), dan sejumlah media lainnya.

"Atas nama John dan Diane Foley, serta GlobalPost, kami sangat menghargai semua pesan simpati dan dukungan yang telah disampikan sejak pertama kali berita tentang kemungkinan Jim dieksekusi muncul," kata salah satu pendiri dan CEO GlobalPost, Philip Balboni.

Pemimpin AFP Emmanuel Hoog mengatakan, "James sedang bekerja sebagai seorang wartawan pemberani, independen, dan imparsial yang tengah meliput konflik Suriah yang berbahaya ketika dia diculik pada November 2012. Karyanya untuk AFP dan organisasi media lainnya telah dikagumi secara luas. Tidak ada yang bisa membenarkan penahanannya atau ancaman terhadap hidupnya. Kami turut berdukacita bersama keluarganya pada saat yang sangat sulit ini."

Menurut sejumlah saksi, Foley ditangkap di Provinsi Idlib, Suriah utara, pada 22 November 2012.

Sementara Sotloff, yang penculikannya pada Agustus tahun lalu belum banyak dilaporkan, telah menulis untuk beberapa surat kabar dan majalah AS, termasuk Time, Foreign Policy, dan The Christian Science Monitor.

Aksen Inggris

Dalam video berdurasi hampir lima menit itu, yang berjudul "Pesan buat Amerika" dan didistribusikan secara online oleh sumber yang diketahui sebagai Negara Islam, kelompok itu menyatakan bahwa Foley dibunuh setelah Obama memerintahkan serangan udara terhadap posisi ISIS di Irak utara. Eksekusi tersebut dilakukan di padang gurun terbuka, tetapi tidak ada tanda-tanda apakah itu di Irak atau Suriah. Eksekutornya seorang berpakaian hitam dan bertopeng yang berbicara bahasa Inggris dengan aksen Inggris. Foley yang tampak berlutut di tanah mengenakan pakaian warna oranye yang menyerupai pakaian yang dipakai para tahanan di pangkalan angkatan laut AS di Teluk Guantanamo.

"Setiap agresi terhadap ISIS adalah agresi terhadap semua lapisan masyarakat Muslim yang telah menerima khalifah Islam sebagai kepemimpinan mereka," kata militan bertopeng itu.

ISIS telah menyatakan diri sebagai sebuah kekhalifahan pada Juni lalu. Kelompok tersebut terbentuk dari campuran mantan gerilyawan Sunni yang melawan AS dan pasukan Pemerintah Irak yang dipimpin Syiah serta para pemberontak anti-rezim di Suriah. Anggotanya berasal dari tempat di dunia, termasuk dari Indonesia.

Dalam beberapa pekan terakhir, kelompok itu menguasai wilayah luas dari Suriah timur hingga Irak utara. Mereka merebut Mosul, kota terbesar kedua di Irak, dan menebar ancaman ke utara ke wilayah Kurdi dan ke selatan ke Baghdad.

Awal bulan ini, Obama bereaksi dengan memerintahkan pesawat tempur AS menyerang posisi ISIS dan sejumlah kendaraan yang mengancam fasilitas milik AS di ibu kota Kurdi, Arbil, atau yang akan membunuh para pengungsi dari kelompok-kelompok minoritas agama.

Minggu ini, dengan didukung serangan udara AS, pasukan Kurdi dan Irak berhasil mengusir ISIS dari Bendungan Mosul yang sempat dikuasai kelompok itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com