Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi "Down Syndrome" Ditinggalkan Orangtuanya dari Australia di Thailand

Kompas.com - 04/08/2014, 10:39 WIB
CANBERRA, KOMPAS.com — Sebuah situs pengumpulan dana online untuk membantu bayi bernama Gammy, yang ditinggalkan di Thailand oleh orangtuanya yang berasal dari Australia, telah melebihi jumlah yang ditargetkan, 200.000 dollar.

Nasib bayi enam bulan dengan down syndrome dan lubang di jantungnya itu telah menimbulkan kehebohan dan seruan di Australia bagi perombakan peraturan mendapatkan anak dengan rahim pinjaman (surrogacy).

Ibu Gammy, Pattaramon Chanbua, seorang wanita Thailand yang miskin, mengatakan kepada ABC bahwa ia melahirkan bayi kembar setelah setuju meminjamkan rahimnya kepada pasangan suami-istri dari Australia Barat dengan janji bayaran kira-kira 16.000 dollar Australia atau setara Rp 177 juta.

Namun, pasangan tersebut—yang tidak diidentifikasi—menolak Gammy dan kembali ke Australia bersama bayi yang satunya, seorang bayi perempuan yang sehat.

Chanbua menjelaskan, dokternya, agen surrogacy, dan orangtua bayi itu mengetahui bahwa bayi itu cacat ketika empat bulan dalam kandungan, tetapi tidak memberitahunya sampai tujuh bulan. Agennya memintanya—atas permintaan orangtua—agar menggugurkan janin yang cacat itu.

Kata Chanbua kepada ABC, ia menolak permintaan untuk menggugurkan kandungan karena dalam budaya Thailand hal itu dianggap dosa. Tetapi, ia tidak mampu membiayai perawatan medis untuk Gammy.

Setelah nasib Gammy diberitakan di media, suatu kampanye online diluncurkan untuk mengumpulkan 200.000 dollar guna membiayai perawatannya.

Kampanye GoFundMe kini telah berhasil mengumpulkan sedikit di atas 200.000 dollar.

Chanbua, 21 tahun, tinggal sekitar 90 kilometer di selatan Bangkok bersama dua anaknya yang lain, masing-masing berusia enam dan tiga tahun.

Katanya kepada ABC, di tengah kemiskinan dan lilitan utang, ia menerima tawaran yang sangat besar baginya. Dalam pikirannya, dengan uang itu ia dapat menyekolahkan anak-anaknya dan membayar utangnya.

"Saya kasihan pada Gammy. Sepertinya ini kesalahan orang dewasa dan ia harus menanggung sesuatu yang bukan kesalahannya. Kenapa ia harus ditinggalkan, sedangkan bayi yang satunya hidup lebih enak?"

Gammy sedang dalam perawatan karena infeksi paru-paru di sebuah RS di Bangkok dan kondisinya stabil, menurut juru bicara RS.

Ketua Surrogacy Australia, Sam Everingham, mengatakan kepada ABC, Gammy dirawat dengan baik oleh ibunya di Thailand. Namun, ia menginginkan perombakan guna mencegah jangan sampai ada anak lain yang mengalami nasib yang sama.

Menurut dia, UU dan dukungan pemerintah kepada pasangan-pasangan yang ingin melakukan surrogacy tidak memadai. "Kami ingin Pemerintah Australia memberi dana untuk pendidikan surrogacy dan mendukung keluarga-keluarga yang saat ini pergi ke luar negeri tanpa dukungan pemerintah," katanya.

Perdana Menteri Tony Abbott mengatakan, kisah Gammy sangat menyedihkan dan pemerintah akan menyelidiki kasus itu.

Di Australia, negara bagian New South Wales, Queensland, dan ACT (wilayah khusus ibu kota) melarang surrogacy komersial di luar negeri.

Di Thailand, penguasa militer sedang menertibkan industri IVF dan surrogacy yang sering kali tidak ada aturannya.

Departemen Luar Negeri Australia menyatakan prihatin oleh laporan itu dan sedang berkonsultasi dengan pihak berwenang Thailand.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com