Cameron, warga Afrika Selatan yang juga memegang paspor Inggris itu, baru saja pindah ke Malaysia bersama keluarganya. Dia berada di dalam pesawat naas itu ketika jatuh akibat ditembak rudal yang diduga kuat dilepaskan milisi pro-Rusia di Ukraina timur.
Kakak Reine, Shane Hattingh, kepada CNN mengatakan, adik perempuannya itu begitu kaget melihat aktivitas kartu kredit milik mendiang suaminya.
Reine yakin para anggota milisi menggunakan kartu kredit itu, bahkan mereka juga menggunakan telepon seluler milik mendiang dan menjarah barang-barang milik para korban lainnya.
"Mereka tidak menghormati para korban di Ukraina. Mereka tak menghormati orang lain. Lihat yang mereka lakukan," kata Shane Hattingh.
"Saya sangat marah mengetahui apa yang mereka lakukan terhadap jasad korban," tambah Shane.
Perilaku tak manusiawi itu menyusul tuduhan terhadap milisi pro-Rusia yang oleh banyak kalangan diyakini melepaskan rudal yang kemudian menghantam Malaysia Airlines MH17.
Sejumlah anggota keluarga korban yang mencoba menghubungi telepon seluler keluarganya yang menjadi korban semakin hancur ketika mendengar panggilan telepon mereka dijawab orang tak dikenal dengan bahasa asing berdialek Eropa Timur.
Setelah mengetahui telepon seluler korban digunakan orang asing di Ukraina, mereka kemudian meminta perusahaan telepon untuk memutus akun mereka agar tak digunakan orang tak bertanggung jawab.
Perilaku buruk para anggota milisi pro-Rusia itu bahkan diakui oleh seorang pejabat Pemerintah Ukraina, Anton Gerashchenko.
"Setelah milisi menjarah uang, perhiasan, ponsel, dan kartu kredit korban Malaysia Airlines, mereka kemudian menjarah benda favorit mereka, yaitu logam sisa pesawat. Sebab, aluminium yang digunakan untuk membuat pesawat sangat mahal harganya," ujar Gerashchenko.
Hal senada disampaikan juru bicara Dewan Pertahanan dan Keamanan Nasional Ukraina, Andrei Lysenko. "Berdasarkan informasi yang kami terima, para anggota milisi tak hanya menjarah barang-barang berharga milik penumpang, tetapi juga menggunakan kartu kredit mereka," ujar Lysenko.
Pernyataan-pernyataan itu yang kemudian dimuat harian terbitan Belanda, De Telegraaf, memicu spekulasi bahwa bukti-bukti bahwa pesawat malang itu jatuh karena ditembak juga sedang dihancurkan anggota milisi pro-Rusia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.