Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Yahudi dan Arab Tak Mau Bermusuhan

Kompas.com - 24/07/2014, 13:41 WIB
KOMPAS.COM — Saat Mesir berupaya menengahi sebuah gencatan senjata di Gaza, setelah 15 hari pertempuran yang mengakibatkan lebih dari 620 orang tewas, sejumlah warga Israel dan Palestina menggunakan media sosial untuk menunjukkan hasrat mereka dalam mengakhiri konflik berdarah antara kedua belah pihak yang bertikai. Warga Israel dan Palestina dari segala usia mem-posting sejumlah foto diri mereka yang disertai pesan-pesan yang menggambarkan keindahan, harapan, dan keputusasaan.

Tagar (tanda pagar) #JewsandArabsRefuseToBeEnemies dipicu oleh sebuah foto yang diambil wartawan Arab-Amerika, Sulome Anderson, sedang mencium pacar Yahudi-nya, Jeremy. "Saat disadari, kami adalah manusia dan kami saling mencintai dan itulah yang paling penting," kata Anderson kepada ABC News. "Ketika kami memulai kencan, kami berdebat banyak hal tentang politik dan perlahan tapi pasti, kami mulai mencapai beberapa konsensus," kata Anderson. "Kadang-kadang kami masih berdebat, tetapi kami semakin memahami perspektif masing-masing."


Twitter Sulome Anderson yang Arab-Amerika dengan pacar Yahudi-nya, Jeremy. Mereka mengampanyekan bahwa orang-orang Arab dan Yahudi tidak ingin bermusuhan.
Kisah tersebut menggemakan keinginan sejumlah warga Palestina dan Israel akan sebuah perubahan narasi dalam konflik Arab-Israel. Ada sejumlah foto orang-orang Yahudi dan Palestina berciuman di atas barikade antara Israel-Gaza dan Israel-Tepi Barat: para pria Yahudi Ortodoks memikul anak-anak laki-laki Palestina di bahu mereka dan anak-anak dari kedua belah sisi yang berkonflik menyatu dalam persahabatan.

Twitter Seorang peremuan muda mengekspresikan keprihatinnannya terkait konflik Palestina-Israel
Ada juga foto seorang perempuan muda yang prihatin dengan perang itu mencoba mengungkapkan konflik internal (batin) yang dialami banyak orang di wilayah tersebut.

Tren tersebut menyebar di seluruh dunia. Orang-orang Palestina dan Yahudi yang prihatin bersatu di Paris, Berlin, dan New York.

"Kami ingin menyebarkan sebuah gagasan yang tidak akan terpolarisasikan, sesuatu yang akan didengar tidak hanya oleh orang-orang yang setuju dengan kami tetapi juga oleh mereka yang tidak," kata Anderson kepada LA Times. "Militansi dan kemarahan tidak membantu membuat konflik ini berakhir. Kami berpikir, mungkin sudah waktunya untuk melakukan pendekatan yang berbeda."

Twitter Seorang Palestina dan Israel bermain bersama
Sementara itu, Anderson dan pacarnya mendorong tagar itu ke ketinggian baru di Twittersphere, fenomena media sosial sebenarnya dimulai oleh dua mahasiswa AS, Abraham Gutman yang turunan Yahudi dan Dania Darwish yang turunan Arab. "Kami tidak pernah merasa bahwa diskusi kami berubah menjadi kasar atau bernada kebencian," kata Gutman (23 tahun) kepada ABC.

"Namun terkait Israel dan Gaza, di dunia maya dan di media sosial nadanya tampaknya jadi kian keras dan semakin keras dan orang-orang menggunakan kata-kata yang kasar. Kami ingin membuat suara yang melawan itu. Kita bisa tidak setuju, tetapi kita harus mampu meredakan kebencian."

Dewan Hak Asasi Manusia PBB telah mengecam serangan Israel di Gaza. PBB menggambarkan serangan tersebut sebagai "tidak proporsional dan tanpa pandang bulu." PBB telah meluncurkan sebuah penyelidikan terkait tuduhan kejahatan perang yang dilakukan Israel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber smh.com.au
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com