Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Pun Presidennya, Hubungan Australia-Indonesia Tetap Rumit

Kompas.com - 09/07/2014, 16:30 WIB

 

CANBERRA, KOMPAS.com — Sejumlah pengamat memperingatkan hubungan Indonesia dengan Australia tampaknya akan semakin sulit karena kedua kandidat presiden lebih nasionalis dibanding Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Pemilihan presiden di Indonesia pada hari ini terjadi saat Pemerintah Australia belum menyelesaikan masalahnya dengan Pemerintah Indonesia terkait masalah pencari suaka dan pengembalian perahu yang menuju Australia. 

Para pengamat politik memperingatkan bahwa hubungan dengan Australia tampaknya akan semakin sulit karena kedua kandidat lebih nasionalis dibanding SBY.  

Dekan Fakultas Ilmu Politik Universitas Pelita Harapan Aleksius Jemadu mengatakan, para pemilih mempertimbangkan dua karakter yang berbeda dari kedua calon. 

"Lihat bagaimana Joko Widodo melakukan kampanyenya. Dia menunjukkan dirinya sebagai pemimpin yang rendah hati dan berorientasi terhadap rakyat," katanya. 

Namun, ada kesan bahwa rakyat Indonesia menginginkan adanya pemimpin yang tegas setelah kepemimpinan SBY.

"Program kampanye Prabowo, penekanannya pada sosok pemimpin bangsa yang kuat. Karena itu, dia menekankan pada semangat nasionalisme pada kampanye dan juga kebijakan politik luar negerinya," ujarnya.  

Sementara itu, Greg Fealy dari Australian National University mengatakan, siapa pun yang menang, hubungan Indonesia dengan Australia akan semakin rumit.

"Saya pikir Pemerintah Australia perlu memikirkan ulang pendekatannya karena ada kemungkinan bahwa presiden yang baru akan semakin enggan memaafkan Australia," ujarnya. 

Kedua calon presiden, katanya, sangatlah nasionalis dan tampaknya akan mempersulit Australia jika kita bertindak secara sepihak dalam mengambil keputusan.

"(Joko Widodo) orangnya lebih stabil dan dia lebih pragmatis dan lebih terukur dalam pendekatannya untuk menyelesaikan masalah kebijakan. Prabowo Subianto lebih sulit untuk ditebak karena perilakunya yang berubah-ubah dan dia sangat temperamental," tambahnya. 

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan mengakhiri dua periode pemerintahannya pada bulan Oktober. Dia merupakan presiden pertama Indonesia yang dipilih secara langsung oleh rakyat. 

Pemilu hari ini adalah sebuah tantangan besar dengan 185 juta pemilih yang tersebar di 6.000 pulau di seluruh Indonesia.

Hari ini dinyatakan sebagai hari libur nasional untuk memberikan kesempatan kepada pemilih untuk menggunakan hak pilihnya di 470.000 TPS yang tersebar di seluruh Indonesia. 

Pemilih mencoblos gambar calon presiden di surat suara dengan paku untuk menyatakan pilihannya. Hasil polling terakhir menunjukkan bahwa persaingan antara kedua calon sangat ketat.

Hasil survei yang dilakukan kepada 2.400 orang oleh Institut Survei Indonesia menunjukkan, pendukung Prabowo dan Jokowi hanya terpaut 3,6 persen.

Prabowo, mantan petinggi militer di pemerintahan Soeharto yang dituduh atas pelanggaran HAM, telah berhasil meningkatkan popularitas pada beberapa bulan terakhir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com