Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diplomat AS Diusir Setelah Bertemu Kelompok Oposisi Syiah

Kompas.com - 08/07/2014, 12:35 WIB
DUBAI, KOMPAS.COM - Bahrain mengatakan kepada seorang diplomat senior AS, yang telah bertemu dengan perwakilan oposisi negara itu, bahwa ia tidak diterima di kerajaan dan harus segera pergi.

Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan BNA, kantor berita resmi Bahrain, kementerian luar negeri negara itu menuduh Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Tenaga Kerja, Tom Malinowski, ikut campur dalam urusan dalam negeri Bahrain. Kementerian itu mengatakan, Malinowski telah bertemu "dengan pihak tertentu demi merugikan teman yang lain". Hal itu tampaknya merujuk ke pihak oposisi yang dipimpin kaum Syiah di Bahrain yang dikuasi golongan Sunni.

Pernyataan yang dilaporkan BNA tidak mengatakan siapa pihak yang ditemui Malinowski tetapi menekankan bahwa pertemuannya tersebut "bertentangan dengan norma-norma dan hubungan diplomatik antara negara."

Pernyataan kementerian luar negeri itu menambahkan bahwa Malinowski "tidak diterima dan harus segera meninggalkan Bahrain, karena campur tangannya dalam urusan internal."

Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Jen Psaki, mengatakan Malinowski masih berada di Bahrain. "Dia dalam sebuah kunjungan untuk menegaskan kembali dan memperkuat hubungan bilateral kami dan untuk mendukung upaya reformasi dan rekonsiliasi Raja Hamad pada momen yang penting, terutama mengingat peristiwa-peristiwa di tempat lain di kawasan itu," katanya.

Dia mengatakan kunjungan Malinowski "telah dikoordinasikan jauh hari sebelumnya dan disambut hangat dan didorong pemerintah Bahrain, yang sangat menyadari bahwa para pejabat pemerintah AS secara rutin bertemu dengan semua kelompok politik resmi yang diakui."

Psaki menambahkan, "Tindakan ini tidak konsisten dengan kemitraan yang kuat antara Amerika Serikat dan Bahrain."

Malinowski bertemu dengan para pemimpin oposisi, termasuk ulama Ali Salman, ketua gerakan oposisi utama Syiah, Al-Wefaq, yang menurut kelompok itu merupakan asosiasi politik yang berwenang. Al-Wefaq mem-posting gambar pertemuan di akun resminya di Twitter, yang menunjukkan Salman duduk di samping Malinowski dan dua pria lainnya dengan bendera Al-Wefaq dan bendera Bahrain di latar belakang.

Malinowski sebelumnya merupakan Direktur Human Rights Watch Washingotn. Ia seorang pengecam vokal tindakan keras Manama terhadap aksi protes, sampai April lalu ketika ia menjadi asisten menteri luar negeri AS.

Protes yang dipimpin kelompok Syiah meletus di Bahrain, markas Armada Kelima AS, pada Februari 2011. Aksi protes itu mengikuti arus protes di tempat lain di kawasan itu dan menuntut reformasi demokrasi di monarki absolut tersebut.

Pasukan keamanan yang didorong tentara yang dipimpin Arab Saudi mengakhiri protes itu sebulan kemudian. Namun demonstrasi yang lebih kecil sering terjadi di desa-desa kaum Syiah dan memicu bentrokan dengan polisi.

Amerika Serikat telah berulang kali dikritik kelompok hak asasi manusia karena tidak mengambil sikap tegas terhadap tindakan keras Bahrain terhadap aksi protes.

Pihak oposisi berkampanye bagi pembentukan sebuah monarki konstitusional di Bahrain. Raja telah meluncurkan sebuah dialog nasional untuk mengakhiri kebuntuan politik di kerajaan kecil itu. Namun oposisi berhenti berdialog setelah dua putaran negosiasi. Mereka mengeluh bahwa pihak berwenang tidak siap untuk membuat konsesi yang memadai.

Terkait peristiwa terbaru itu, Kementerian Luar Negeri AS mengatakan, hubungan antara Manama dan Washington tidak akan terpengaruh. "Bahrain menegaskan kembali hubungan yang kuat dan solid dengan Amerika Serikat, dan menggarisbawahi bahwa kemajuan dan perkembangan hubungan ini tidak boleh terpengaruh oleh tindakan tersebut," kata kementerian itu.

Bahrain merupakan negara kepulauan strategis tepat di seberang Iran di Teluk, dan Washington merupakan sekutu lama dari dinasti Al-Khalifa yang berkuasa di negara itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com