Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Pembunuhan adalah Pembunuhan, Darah Tak Bisa Dibedakan"

Kompas.com - 03/07/2014, 11:42 WIB

KOMPAS.com - Situasi antara Israel dan Palestina kembali memanas. Tiga remaja Israel yang hilang sejak 12 Juni 2014 ditemukan tewas pada 30 Juni 2014, menyulut aksi balas dendam. Pada Rabu (2/7/2014), seorang pemuda Palestina yang hendak shalat subuh dibantai.

Mohammad Abu Khedair (17), sedang berjalan ke masjid di lingkungan kelas menengah, Shuafat, ketiga setidaknya tiga pria memaksanya masuk ke mobil dan melaju pergi. Ayahnya, Hussain Abu Khedair, bertutur jasad putranya ditemukan satu jam kemudian di salah satu hutan di Yerusalem.

Pembunuhan pemuda Palestina ini sontak menuai kecaman baik dari Palestina maupun Israel, dan dari dunia internasional. Bahkan paman dari salah satu remaja Israel yang ditemukan tewas pun buka suara mengutuk pembunuhan si remaja Palestina ini.

"Setiap aksi balas dendam dalam bentuk apapun benar-benar tidak pantas dan salah. Pembunuhan adalah pembunuhan," kata Yishai Frankel, paman Naftali Frankel, salah satu remaja Israel yang juga memiliki kewarganegaraan Amerika Serikat, yang ditemukan jasadnya pada 30 Juni itu.

"Kita tidak bisa membedakan darah, apakah itu Arab atau Yahudi," tegas Frankel lewat siaran televisi. Dia pun menyebut pembunuhan terhadap remaja Palestina ini sebagai tindakan terlarang yang tak terampuni.

Kepolisian Israel masih menyelidiki kasus pembunuhan pada Rabu tersebut, berdasarkan keterangan dari juru bicara Micky Rosenfeld lewat kicauan di Twitter. Dia mengatakan penyelidikan dilakukan untuk memastikan pembunuhan ini adalah tindakan kriminal atau "nasionalis", penyebutan di wilayah ini untuk balas dendam bermotif politik.

Kutukan internasional

Juru Bicara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Mark Regev, mengatakan Netanyahu menyeru semua pihak tak main hakim sendiri. "Israel adalah negara hukum dan semua orang diperintahkan untuk bertindak sesuai hukum," kata dia.

Kantor berita Palestina, WAFA, menyebutkan ada tanda terbakar dan kekerasan lain di tubuh remaja Palestina tersebut. Identitasnya diketahui lewat uji sampel DNA dari air liur. Adapun Rosenfeld mengatakan ada tanda luka bakar yang signifikan, seperti dikutip Jerusalem Post.

Media di Israel menulis polisi juga menyelidiki kemungkinan anggota keluarga ini terlibat sengketa pribadi, sebagai latar kasus pembunuhan Khedair. Namun, Hussain menyalahkan Israel dan tegas membantah dugaan soal sengketa tersebut.

"Netanyahu bertanggung jawab atas kejahatan itu," kata Hussain seperti dikutip CNN. "Dia adalah orang yang memberi perlindungan pada para pemukim Yahudi dan mendukung mereka," ujar dia.

Sepupu remaja Khedair, Majdi Abu Khedair, mengatakan siapa pun yang melakukan penculikan itu mengendarai mobil yang dua hari sebelumnya juga dipakai dalam upaya serupa. Pernyataan yang sama diungkapkan anggota Knesset, Haaretz Ahmed Tibi.

Majdi pun berkomentar keras, "Polisi dan pemerintah Israel harus melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan di Hebron, menghancurkan rumah pemukim (Yahudi) yang telah melakukan kejahatan ini."

Pernyataan Majdi merujuk tindakan pemerintah Israel yang langsung membombardir Jalur Gaza setelah penemuan jasad tiga remaja Israel pada 30 Juni 2014. Rumah dari dua tersangka pelaku pembunuhan ketiga remaja Israel langsung diluluhlantakkan tentara Israel.

"Memuakkan memikirkan seorang anak 17 tahun yang tak bersalah diculik dari jalannya dan hidupnya dirampas dari dirinya dan keluarganya," kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry, Rabu. "Tak ada kata-kata yang cukup memadai untuk menyampaikan belasungkawa ke rakyat Palestina," ujar dia.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas, berjanji kepada Hussain bahwa penculik dan pembunuh anaknya akan dibawa ke pengadilan, seperti dikutip WAFA. HAMAS pun dalam pernyataannya mengatakan, "Pendudukan Israel (harus) bertanggung jawab penuh atas insiden ini."

Menurut pernyataan HAMAS, insiden ini bukti lain soal kerasisan Israel dan membantah narasi Israel yang selalu menempatkan diri sebagai korban. Kemarahan publik pun tak terbendung menyusul kabar kematian Kheidar, sampai pada tingkat yang belum terjadi lagi sejak gerakan Intifada kedua.

Warga Palestina di Yerusalem melempari polisi dan tentara Israel dengan batu. Pelemparan batu juga terarah ke permukiman Yahudi. Balasannya, tembakan granat setrum atau gas air mata dan peluru karet. Komunitas Bulan Sabit Palestina melaporkan lebih dari 100 orang terluka dari bentrokan sebagian besar di Shuafat.

Sementara itu, bentrok antara Israel dan Palestina terjadi lagi. Roket dari Palestina berbalas delapan serangan udara dalam tenggat satu jam saja, Kamis (3/7/2014) pagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com