Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Paus Fransiskus Kutuk Pelegalan Narkoba

Kompas.com - 21/06/2014, 08:48 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

VATICAN CITY, KOMPAS.com — Paus Fransiskus mengutuk pelegalan "narkoba rekreasional". Dia menyebut pelegalan itu sebagai langkah coba-coba yang gagal dan cacat.

"Izinkan saya menyatakan ini dalam istilah yang paling jelas yang dimungkinkan," kata Paus, Jumat (20/6/2014). "Masalah penggunaan narkoba tidak dapat diselesaikan dengan narkoba!"

Berbicara kepada para delegasi yang menghadiri konferensi penindakan narkoba di Roma, Paus Fransiskus mengatakan, pelegalan seterbatas apa pun untuk narkoba tidak hanya sangat dipertanyakan dari sudut pandang legislasi, tetapi menunjukkan kegagalan legislasi.

"Kecanduan narkoba adalah kejahatan. Tidak ada kompromi untuk menghadapi kejahatan," ujar Paus. "Memikirkan bahaya (narkoba) dapat dikurangi dengan mengizinkan pencandu narkoba menggunakannya, sama sekali tidak menyelesaikan masalah!"

Fransiskus punya bertahun-tahun pengalaman pribadi memberikan pelayanan kepada pencandu di daerah kumuh yang sarat penggunaan narkoba di Argentina. Dia juga telah berkali-kali mencerca penyalahgunaan narkoba dan para pengedar yang memasok pasar dengan obat-obatan terlarang itu.

Pernyataan terkuat

Namun, komentar Fransiskus pada momentum ini merupakan pernyataan terkuat dan terjelas dari seorang Paus terhadap gerakan pelegalan "ganja rekreasional". Selama beberapa waktu terakhir, gerakan pelegalan narkoba secara terbatas ini sudah menjalar di beberapa negara, terutama Amerika Serikat dan kawasan Amerika Selatan.

Negara bagian Colorado, Washington DC, dan Oregon, merupakan contoh wilayah yang sudah melegalkan ganja sebagai "narkoba rekreasional" dengan beberapa batasan, pada tahun ini. Di Argentina, kepemilikan narkoba yang terkendali oleh perseorangan juga sudah dilegalkan.

Di Brasil, para penegak hukum juga tak menghukum penggunaan narkoba secara pribadi meskipun perdagangan dan pengangkutan zat tersebut masih dikategorikan sebagai kejahatan. Pada Desember 2013, Uruguay mengawali legalisasi ganja tanpa ada pembatasan sama sekali.

Namun, tsar narkoba di Argentina yang mendorong perdebatan menempatkan negara itu menyusul Uruguay soal pelegalan ganja adalah seorang imam Katolik Roma.

Fransiskus tahu sendiri bagaimana kehidupan para pencandu, apalagi pencandu zat adiktif murah paco yang adalah produk sampingan dari kokain. Paco dikenal sebagai pilihan pertama para pencandu miskin di Argentina.

Dalam komentarnya, Jumat, Fransiskus berkeras penyalahgunaan narkoba tidak dapat diselesaikan dengan liberalisasi hukum. Penyalahgunaan narkoba, tegas dia, hanya bisa diatasi dengan penyelesaian latar merebaknya penggunaan obat-obat terlarang itu, yaitu kesenjangan sosial dan kurangnya kesempatan bagi generasi muda.

"Untuk menolak obat-obatan terlarang, kita harus mengatakan 'ya' untuk hidup, 'ya' untuk mencintai, 'ya' kepada orang lain, 'ya' untuk pendidikan, 'ya' untuk kesempatan kerja yang lebih besar. Jika kita berkata 'ya' untuk hal-hal itu, tidak akan ada ruang untuk obat-obatan terlarang, penyalahgunaan alkohol, ataupun bentuk lain dari kecanduan!" papar Paus.

Fransiskus tidak menyinggung penggunaan ganja untuk keperluan medis. Di New York, Amerika Serikat, ganja dilegalkan untuk mengurangi rasa sakit dan gejala lain yang menyertai sakit parah.

Pernyataan Paus disampaikan hanya sehari menjelang jadwal perjalanannya ke Calabria di kawasan selatan Italia, yang merupakan "rumah" mafia Ndrangheta, salah satu pengedar narkoba terkuat di dunia. Di sana Paus akan mengunjungi kota tempat seorang anak berumur 3 tahun dan kakeknya dibunuh mafia setempat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com