Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jatuhnya Sang Raja Spanyol...

Kompas.com - 19/06/2014, 10:15 WIB

MADRID, KOMPAS.com — Ini kisah raja Spanyol yang harus turun takhta bersamaan dengan kepulangan cepat tak dinyana tim nasional Spanyol dari Piala Dunia 2014, Rabu (18/6/2014). Dialah sosok yang membawa Spanyol melewati banyak rintangan, dicinta, lalu jatuh karena beragam "remah", yang kemudian dilepas tetap dengan cinta rakyatnya.

Juan Carlos I, raja berumur 76 tahun ini, adalah kepala negara yang memimpin Spanyol masuk ke rezim demokrasi dan menggagalkan kudeta militer, tetapi kemudian harus kehilangan mahkota berdasarkan keputusan parlemen, produk demokrasi yang dia bawa untuk negaranya.

Raja yang turun takhta ini adalah pemegang peran penting sejarah modern Spanyol saat dia melangkah pertama kali menjadi kepala negara dalam usia 44 tahun, segera setelah kematian Jenderal Francisco Franco.

Juan Carlos naik takhta hanya beberapa hari setelah kematian Franco, pada November 1975, setelah ditunjuk sendiri oleh sang diktator yang digantikannya itu sebagai pewaris kepemimpinan Spanyol.

Carlos menjadi raja, melangkahi ayahnya sendiri, sesuai perintah Franco sebelum kematiannya. Namun, prinsip yang dipegang ayahnya menjadi pegangan utama Carlos selama menjadi raja.

"(Saya) setia pada keinginan politik ayah saya... Saya ingin menjadi raja bagi semua orang Spanyol," ujar Carlos pada pidato pelepasan mahkotanya pada 2 Juni 2014, yang disampaikan bertepatan dengan hari proklamasi Spanyol.

Sejak awal pertama menjadi raja, Carlos menantang para Fracoists, sebutan untuk para loyalis mendiang Jenderal Franco, dengan memunculkan sistem baru pemerintahan monarki-parlementer. Konstitusi baru pun disahkan Spanyol pada 1978.

Penghadang kudeta

Sosok Raja Juan Carlos adalah sosok yang bagi orang Spanyol merupakan pereda upaya kudeta pada Februari 1981 oleh tentara yang menembaki parlemen dan menyandera para anggota parlemen selama beberapa jam.

Penampilan raja di televisi pada saat itu menyatakan dukungan bagi pemerintahan demokratis, berperan besar menghentikan upaya kudeta tersebut. "Saya tahu para prajurit akan setuju karena saya telah ditunjuk oleh Franco dan (saya) menjadi komandan kepala mereka," kata Carlos beberapa waktu kemudian soal hari itu.

Tindakannya menghentikan upaya kudeta tersebut telah menumbuhkan cinta rakyat Spanyol kepadanya. Namun, sosok raja ini kemudian ternoda oleh skandal di lingkaran dalam istana. Salah satu skandal tersebut adalah investigasi korupsi yang menargetkan putri keduanya, Cristina, dan suami dari Cristina, mantan atlet Olimpiade Inaki Urdangarin.

Pasangan Cristina dan Urdangarin sedang menunggu kepastian harus berhadapan dengan pengadilan atau tidak. Cristina dituduh melakukan penggelapan pajak dan Urdangarin untuk tuduhan penggelapan uang.

Tuduhan itu telah dibantah Cristina maupun Urdangarin. Namun, rakyat Spanyol telanjur marah dengan noda dugaan korupsi itu, di tengah kemerosotan ekonomi negara itu yang diikuti kebijakan penghematan ketat dan tingginya angka pengangguran.

Gara-gara berburu gajah

Sebagai olahragawan dan pemburu yang berbakat, Carlos membuat marah rakyatnya ketika pada 2012 mengambil paket mewah perjalanan berburu gajah ke Botswana. Perburuan ini dinilai sebagai pemborosan yang tak bisa diterima di tengah resesi parah Spanyol.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com