Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasca-kerusuhan Sektarian, Sri Lanka Perpanjang Jam Malam

Kompas.com - 16/06/2014, 18:32 WIB
KOLOMBO, KOMPAS.com - Pemerintah Sri Lanka, Senin (16/4/2014), memperpanjang jam malam di sebuah kawasan wisata populer setelah sekelompok warga Buddha membunuh tiga warga Muslim dan membakar sejumlah toko dan bangunan lainnya.

Pemimpin masyarakat setempat menuding pemerintah tidak berbuat banyak untuk mencegak kekerasan sektarian yang terjadi pada Minggu (15/6/2014) malam itu.

Salah seorang menteri senior dalam pemerintahan Presiden Mahinda Rajapakse mengancam mundur setelah aparat keamanan membiarkan kelompok militan Buddha menggelar konvoi di kawasan tersebut.

"Tiga orang tewas dan 78 lainnya terluka dalam serangan itu. Sejumlah masjid juga dirusak," kata Menteri Kehakiman Rauf Hakeem saat meninjau lokasi kerusuhan di kota Alutgama dan Beruwala.

"Pemerintah mengizinkan Bodu Bala Sena (BBS) menggelar acara mereka sehingga pemerintah harus bertanggung jawab atas apa yang kemudian terjadi," tambah Hakeem merujuk kelompok garis keras yang lebih dikenal dengan nama Pasukan Buddha.

Kepada wartawan Hakeem mengatakan dia kini dalam tekanan kelompoknya untuk mengundurkan diri dari pemerintahan untuk memprotes kegagalan pemerintah mencegah kekerasan ini yang merupakan bagian dari serangkaian kekerasan yang melibatkan BBS.

Aksi kekerasan pecah pada Minggu malam ketika para pengikut BBS menggelar aksi protes terkait kerusuhan jalanan yang baru saja terjadi di kawasan tersebut.

Setelah mengaku dilempari batu, para pendukung BBS kemudian menyerbu kota Alutgama dan Beruwala, menyerang warga di jalan dan membakar sejumlah bangunan. Beberapa masjid juga dirusak.

Warga setempat mengatakan polisi tak berbuat banyak untuk melindungi mereka ketika BBS mulai melakukan aksi kekerasannya di kota yang mayoritas penduduknya adalah pemeluk Islam tersebut. Kedua kota itu terletak hanya 60 kilometer dari ibu kota Kolombo.

Polisi kemudian memembakkan gas air mata untuk membubarkan massa dan memberlakukan jam malam. Namun, kekerasan masih berlanjut beberapa jam setelah jam malam diberlakukan.

Sri Lanka, yang menghadapi kemungkinan penyidikan internasional terkait kejahatan perang selama memberantas pemberontakan Macan Tamil pada 2009, kini juga dikritik karena dianggap gagal melindungi kelompok pemeluk agama minoritas.

Dari 20 juta penduduk Sri Lanka, sekitar 10 persennya adalah pemeluk Islam, sedangkan sebagian besar penduduk negeri pulau itu adalah penganut Buddha.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com