Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PM Malaysia Tolak Nyatakan Telah Kehilangan MH370 Malaysia Airlines

Kompas.com - 25/04/2014, 10:57 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com — Pemerintah Malaysia tetap bersikukuh tidak akan menyatakan telah kehilangan pesawat MH370 milik Malaysia Airlines, sekalipun sudah lewat enam pekan tanpa titik terang tentang keberadaan pesawat itu sejak hilang kontak pada Sabtu (8/3/2014). Namun, Najib mengatakan, insiden ini memang "skenario" yang tak terbayangkan.

"Pada beberapa titik dan waktu, (kehilangan) itu akan disampaikan. Namun sekarang, saya rasa perlu mempertimbangkan perasaan keluarga terdekat," kata Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, dalam wawancara dengan CNN, Kamis (24/4/2014) malam.

Terlebih lagi, ujar Najib, ada keluarga korban yang sudah menyatakan secara terbuka tak bakal bersedia menerima kabar kehilangan itu tanpa ada temuan bukti. Itu pun, kata dia, masih akan berat bagi keluarga untuk menerima sekalipun sudah ada bukti tersebut.

Najib mengatakan, pemerintahnya berencana merilis laporan perkembangan terakhir pencarian pesawat itu pada awal pekan depan. Sebelumnya, laporan yang sama sudah lebih dahulu diserahkan ke PBB.

Pada bulan lalu, sebuah pesan layanan singkat dari Malaysia Airlines telah dikirimkan kepada keluarga para penumpang dan awak pesawat MH370 bahwa, "Kita harus mengansumsikan tanpa keraguan bahwa MH370 sudah hilang dan tak ada penumpang yang selamat".

Beberapa waktu lalu, Najib telah mengumumkan berdasarkan data satelit Inmarsat bahwa penerbangan pesawat tersebut terlacak berakhir di selatan Samudra Hindia. Dia menyebut kawasan itu sebagai lokasi terpencil yang jauh dari lokasi pendaratan.

Namun, dalam wawancara khusus dengan CNN, Najib mengatakan bahwa raibnya pesawat ini sebagai sebuah skenario yang tak bisa dibayangkan. "Bagaimana mungkin sebuah pesawat yang terbang ke arah Beijing berakhir di (lokasi) setengah jalan menuju Antartika?" ujar dia.

Menurut Najib, dia berulang kali bertanya seberapa yakin para peneliti tentang dugaan lokasi terakhir pesawat. "Jawaban mereka kepada saya adalah, 'Kami seyakin yang bisa Anda yakini'," tutur dia.

Pada dini hari saat pesawat putus kontak dengan menara kontrol penerbangan, sebuah radar militer mendeteksi keberadaannya. Dia yakin ada seseorang yang memantau radar tersebut, tetapi informasi yang terlacak baru belakangan dianalisis. "Saat itu tidak diketahui apakah itu MH370, dan tak ada pesawat dikirim karena dianggap bukan pesawat yang bermusuhan."

Perilaku pesawat yang terpantau radar militer itu tak beda dengan penerbangan komersial. "Mengikuti jalur penerbangan normal," sebut Najib.

Kejadian yang menimpa MH370 ini menurut Najib sangat berbeda dibandingkan kecelakaan pesawat Silk Air pada 1997 dan Air France pada 2009. "Ini benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya. Yang ada hanya 'ping' dan 'hand-shake'," kata dia. "Kami sudah menganalisis. Itu yang kita punya."

Pada 1997, Silk Air penerbangan 185 rute Jakarta-Singapura jatuh di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan. Pada kasus yang menewaskan 97 penumpang dan 7 awak kabin ini, penyebab kecelakaan dinyatakan merupakan aksi bunuh diri pilot pesawat.

Adapun Air France rute Rio de Janeiro, Brasil, menuju Paris, Perancis, jatuh di Samudra Atlantik, bersama 216 penumpang dan 12 kru-nya. Dalam kecelakaan ini, pilot diduga salah membaca kecepatan pesawat karena faktor cuaca yang membekukan peralatan sehingga pesawat mengalami stall dan jatuh ke laut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com