Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBB: Ada Bukti Foto, Pelaku Kejahatan Perang di Afrika Tengah Masih Berkeliaran

Kompas.com - 08/04/2014, 08:00 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

MARKAS PBB, KOMPAS.com - Foto-foto yang telah diperbesar yang menggambarkan seorang Muslim ditusuk dan dipaksa berjalan oleh tentara di ibu kota Republik Arika Tengah telah dipaparkan di depan para pejabat pemerintah, pada bulan lalu. Pemaparan itu merupakan bagian dari upaya membawa para pelaku ke persidangan.

"Jaksa setempat sudah memiliki nama-nama mereka yang bertanggung jawab tetapi tak ada yang akan mereka," kata Direktur PBB untuk Pengawasan HAM, Philippe Bolopion, Senin (7/4/2014). Bahkan, kalaupun ada yang menangkap para pelaku dan penanggung jawab perbuatan itu, terlalu mudah bagi pelaku dan penanggung jawab ini untuk kabur.

Bolopion yang baru pulang dari negara-negara berkonflik, mengatakan pula bahwa Menteri Keamanan Publik di Republik Afrika Tengah mengaku tahu lokasi persembunyian para pelaku. Namun, lagi-lagi menteri itu mengatakan polisi tak bisa masuk ke lokasi tersebut yang dikuasai kelompok Kristen, Anti-Balaka. "(Polisi) tidak memiliki senjata atau kendaraan. Dan jika mereka (polisi) pergi ke sana, mereka akan dibantai."

Pada 5 Februari 2014, serangan mengerikan diabadikan wartawan Associated Press, memperlihatkan kebencian dan kekejaman di negara miskin yang ambruk itu. Insiden itu memperlihatkan pula kesulitan masyarakat internasional untuk mengembalikan kestabilan, meski sudah ada 2.000 tentara Perancis dan 5.000 tentara dari negara-negara Afrika dikirimkan ke sana.

Serangan itu terjadi hanya beberapa menit setelah presiden transisi negara itu meninggalkan perayaan kembali masuknya tentara di Bangui, ibu kota Republik Afrika Tengah. Negara ini dilanda kekacauan menyusul kudeta yang terjadi pada Maret 2013.

Saat itu, kudeta dilancarkan kubu yang didominasi warga Muslim, Seleka. Mereka menggulingkan rezim yang berkuasa dengan cara-cara brutal. Anti-Balaka kemudian menyerang balik markas Seleka di Bangui pada 5 Desember 2013. Menyusul kehancuran pemerintahan yang hancur pada Januari 2014, Anti-Balaka meningkatkan aksi kekerasan, memaksa warga Muslim melarikan diri dari kampung-kampung mereka sendiri.

Bolopion mengatakan serangan terhadap Muslim yang dicurigai punya kaitan dengan Seleka hanyalah satu contoh dari sekian banyak kejahatan perang yang telah dan masih berlangsung di Republik Afrika Tengah. Namun, dia mengatakan para pelaku yang masih bebas berkeliaran dengan semua bukti yang ada telah memperlihatkan kekebalan dibiarkan terjadi di negara itu.

Menurut Bolopion, dia telah menyarankan Menteri Keamanan Publik negara itu untuk meminta bantuan pasukan Perancis dan Afrika untuk membantu penangkapan. Bolopion mengaku juga telah mendatangi daerah di Bangui yang telah ditinggalkan warga Muslim-nya, yang itu pun masih terus menghadapi serangan dari pasukan Anti-Balaka.

Bolopion meminta pasukan Perancis dan Afrika untuk melakukan segala tindakan yang dimungkinkan kewenangan mereka untuk membantu Muslim yang ingin meninggalkan daerahnya dan mengungsi ke daerah yang lebih aman.

Dewan Keamanan PBB diperkirakan akan menyetujui sebuah resolusi akhir pekan ini otorisasi misi penjaga perdamaian PBB hampir 12.000 - kuat untuk mengambil alih dari pasukan Afrika pada 15 September .

Bolopion mengatakan misi PBB harus memiliki kekuasaan yang luas untuk membangun polisi dan pasukan keamanan dan sistem peradilan dan penjara .

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com