Wawancara itu direkam di penjara Al-Hadba tempat Saadi dan sejumlah petinggi zaman Khadafy ditahan. Rekaman wawancara itu disiarkan di stasiun televisi pemerintah, Kamis (27/3/2014) malam.
Saadi, yang diekstradisi untuk menghadapi sejumlah dakwaan termasuk konspirasi untuk mempertahankan kekuasaan ayahnya sebelum digulingkan pemberontakan yang didukung NATO, meminta maaf kepada rakyat dan pemerintah Libya.
Meski tidak menjelaskan secara rinci, Saadi mengakui dia mendalangi sejumlah upaya untuk mengganggu stabilitas negeri itu, sejalan dengan tuduhan yang dilontarkan pemerintah Tripoli.
Saadi, yang ekstradisinya ditentang para aktivis HAM yang khawatir dia akan disiksa di penjara, mengatakan selama dalam tahanan dia mendapat perlakuan yang sangat baik.
"Saya ingin memastikan kepada keluarga saya, bahwa saya baik-baik saja dan sehat serta diperlakukan dengan baik," ujar Saadi yang dalam wawancara itu mengenakan seragam tahanan berwarna biru.
Saadi yang pernah mengetuai persatuan sepak bola Libya dan bermain di Liga Italia itu, berhasil lolos ke Niger melintasi gurun di selatan Libya pada November 2011.
Niger yang memberikan suaka kepada Saadi dengan alasan kemanusiaan pada awalnya menolak untuk mengekstradisi Saadi. Niger beralasan tak ada jaminan Saadi mendapatkan pengadilan yang adil di Libya.
Awal bulan ini, Niger akhirnya menyerahkan kembali Saadi ke Libya karena kini yakin pria berusia 40 tahun itu tidak akan dibunuh di luar sidang. Alasan lain adalah Niger ingin memperbaiki hubungan diplomatik dengan Libya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.