Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar: Misteri Malaysia Airlines Bisa Tidak Terpecahkan

Kompas.com - 25/03/2014, 16:02 WIB
KUALA LUMPUR, KOMPAS.com — Pernyataan Pemerintah Malaysia dan maskapai Malaysia Airlines yang mengasumsikan pesawat itu jatuh di Samudra Hindia dan menewaskan semua penumpangnya bukan berarti "kisah" ini sudah berakhir.

Banyak pertanyaan tersisa. Bahkan jika kotak hitam MH370 dengan segala upaya bisa ditemukan dari dasar Samudra Hindia, maka hal itu belum tentu bisa mengungkap misteri terbesar dunia penerbangan ini.

Tantangan terbesar saat ini adalah menemukan kotak hitam yang diharapkan bisa memberikan petunjuk vital terkait penyebab hilangnya pesawat ini dari rute yang seharusnya ditempuh.

Namun, para pakar yakin, rekaman data dan percakapan kru kokpit MH370 belum tentu bisa menjawab teka-teki mengapa pesawat itu berubah arah sangat drastis dan mengarah ke Samudra Hindia.

"Rekaman data terkait rincian perjalanan pesawat dan informasi mekanis lainnya tentang durasi penerbangan seharusnya bisa memberikan informasi yang kaya," kata perusahaan konsultan penerbangan AS, Leeham Co.

Namun, perekam suara kokpit—yang mengungkap keputusan yang dibuat pilot—hanya mencakup dua jam terakhir sebelum pesawat tersebut dinyatakan hilang.

Itu berarti informasi krusial terkait perubahan arah di awal-awal penerbangan, yang berada di antara Malaysia dan Vietnam, dipastikan hilang selamanya.

"Rekaman itu tidak akan mengungkap apa yang terjadi di atas Teluk Thailand dan perjalanan selanjutnya," tambah Leeham.

Leeham menambahkan, nanti akan diketahui apakah rekaman kokpit akan mengandung informasi penting dalam dua jam terakhir penerbangan, kala pesawat itu diyakini menukik jatuh atau kehabisan bahan bakar.

Sementara itu, pakar penerbangan asal Inggris, Chris Yates, mengatakan hal yang sama. Menurut dia, meskipun kotak hitam MH370 ditemukan, hal itu tetap tidak akan menjawab banyak pertanyaan.

"Kami tidak mengetahui kondisi mental pilot dan kopilot. Kami tak mengetahui apakah seseorang bermaksud ke kokpit dan mengambil alih kendali pesawat, dan tidak ada pernyataan pertanggungjawaban sejak insiden ini terjadi," kata Yates kepada BBC.

"Ini adalah misteri yang lain daripada yang lain," tambah Yates.

Memang, sejumlah benda yang diduga puing MH370 terlihat di Samudra Hindia di barat daya Australia. Namun, sejauh ini, belum ada satu pun puing yang berhasil diangkat dan diteliti.

Selain itu, puing yang gambarnya tertangkap satelit itu kemungkinan besar telah hanyut ratusan kilometer dari lokasi jatuhnya pesawat.

"Sebagai penyidik, kami berurusan dengan bukti fisik, dan saat ini kami belum memiliki bukti fisik apa pun untuk diteliti," kata Anthony Brickhouse, anggota Komunitas Penyidik Keamanan Penerbangan Internasional.

Kembali soal kotak hitam, baterai yang menghidupkan sinyal pencari lokasi akan habis dalam waktu dua pekan. Artinya, jika dalam rentang waktu itu kotak hitam tak ditemukan, maka pencarian benda penting tersebut akan semakin sulit.

AS mengirimkan peralatan yang mampu mendeteksi sinyal kotak hitam, meski benda itu berada di dasar laut. Namun, cuaca buruk dan kondisi laut yang ganas menghalangi upaya mencari lokasi kotak hitam.

"Jika kotak hitam ini tak ditemukan, maka apa yang sebenarnya terjadi pada pesawat itu kemungkinan besar tidak akan pernah diketahui," kata Paul Yap, pengajar masalah penerbangan Politeknik Temasek, Singapura.

Dengan data satelit, Yap mengatakan, lokasi pencarian mirip seperti papan catur. "Pertanyaannya adalah (bagaimana) mencari baris papan catur yang benar untuk mencari kotak hitam itu," tambah Yap.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com