Referendum yang digelar pada Minggu (16/3/2014), sejauh ini hasilnya menegaskan keinginan sebagian besar penduduk semenanjung berpenduduk 2 juta orang itu.
Kini etnis Rusia yang ingin memisahkan diri dari Ukraina mengendalikan semua lini di Crimea, mulai dari pemerintahan hingga urusan pengantaran surat.
Situasi itu membuat Ukraina dan Barat hanya memiliki sedikit opsi untuk menghentikan Rusia mengklaim kembali Crimea sebagai wilayah negeri itu.
1. Mengisolasi Rusia
Opsi ini dilakukan untuk menekan Rusia dengan harapan keputusan negeri itu terkait Crimea akan berubah.
Meski pada awalnya Barat kebingungan mencari cara terbaik untuk menghadapi pamer kekuatan Kremlin, kini Washington dan Uni Eropa sudah semakin mengerucutkan opsi terhadap Rusia.
Rusia terancam berbagai sanksi, termasuk digusur dari keanggotaan kelompok prestisius G8 dan terancam kehilangan hak menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018.
Hal paling menyakitkan adalah saat China "meninggalkan" Rusia saat menyatakan abstain dalam sebuah sidang DK PBB yang membahas soal resolusi terhadap referendum Crimea.
Namun, secara umum tekanan dunia internasional terhadap Rusia masih sangat kecil dan kepopuleran Putin dalam dua tahun masa pemerintahannya terus meningkat.
2. Intervensi militer
Jika Ukraina nekat menggunakan kekuatan militer menghadapi Rusia dalam krisis Crimea ini, maka negeri itu akan bertarung layaknya Daud melawan Goliath.
Ukraina hanya memiliki 130.000 personel militer aktif, yang separuhnya dipersenjatai dengan peralatan berusia tua. Sementara Rusia memiliki 845.000 personel aktif dengan dukungan persenjataan nuklir.
Meski demikian, Ukraina masih bisa membuat Rusia kesal dengan enggan memindahkan pasukannya keluar dari Crimea, sebuah duri yang mau tak mau harus diterima Kremlin.
3. Tekanan ekonomi