Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misterius, Pesawat Malaysia Airlines Hilang Saat Fase Terbang Paling Aman

Kompas.com - 08/03/2014, 12:23 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Sumber CNN

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com — Hilangnya pesawat Boeing 777-200 penerbangan MH370 milik Malaysia Airlines, Sabtu (8/3/2014) dini hari, dinilai misterius. Pesawat hilang kontak pada posisi yang seharusnya merupakan titik teraman dalam seluruh rangkaian perjalanan.

"Itu dua jam setelah lepas landas, digolongkan sebagai bagian 'cruise' penerbangan. Pesiar," kata pakar penerbangan CNN Richard Quest, Sabtu siang. Menurut dia, rangkaian penerbangan dapat dipecah menjadi tahap taxi di landasan, lepas landas, naik, dan cruise.

Menurut Quest, cruise merupakan tahap penerbangan yang paling aman. "Tidak banyak yang harus dilakukan pilot di ketinggian ini, bisa menggunakan pilot otomatis, hanya perlu ada koreksi kecil dan perubahan, pesawat di ketinggian tinggi," kata Quest. "(Karenanya) ini sangat serius bahwa terjadi sesuatu saat cruise."

Quest yang belum lama berselang bekerja sama dengan Malaysia Airlines, mengatakan, pesawat Boeing 777-200 sebagaimana yang hilang sekarang, baru berumur 11 tahun, dengan dua mesin Rolls-Royce buatan Inggris.

"Itu bukan pesawat tua. Malaysia punya 15 (Boeing) 777-200 di armadanya. Ini operator yang sangat berpengalaman dengan jenis pesawat ini," kata Quest. "(Malaysia Airlines) juga adalah maskapai penerbangan yang sangat terkenal dengan catatan keamanan yang baik."

Tekanan udara

Greg Feith, mantan penyidik di Badan Keamanan Transportasi Nasional (NTSB) Amerika Serikat, mengatakan, pilot masih dapat melakukan komunikasi kalaupun ada kegagalan mesin pesawat. "Pesawat tersertifikasi wajib memiliki baterai cadangan, mereka masih harus bisa menggunakan instrumen tertentu dan alat komunikasi di pesawat untuk mendarat dengan aman."

Karenanya, Feith mengatakan, "Anda bisa saja kehilangan tenaga, bisa saja dua mesin pesawat Anda tak bekerja, ada baterai cadangan yang bisa bekerja untuk waktu tertentu, untuk situasi darurat." Feith menyebutkan kemungkinan ada masalah dengan tekanan udara selama penerbangan.

"Kalau Anda menghadapi masalah tekanan tinggi udara di ketinggian, ini adalah bencana dekompresi, kesadaran yang berguna (ketika pilot dapat bergerak dengan pasokan oksigen tak memadai) di ketinggian 30.000 sampai 40.000 feet adalah hitungan detik," tutur Feith.

Quest tidak menampik ada kemungkinan pesawat melakukan pendaratan darurat. "Itu mungkin saja tapi sepertinya tidak demikian," ujar dia. "Anda tak sedang bicara tentang (pesawat) Cessna di sini. Anda sedang bicara tentang penerbangan jarak jauh pesawat berbadan lebar," imbuh dia. "(Ibaratnya) ini liga yang sama sekali berbeda (dengan Cessna)."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com