Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Uji Rudal Balistik Saat Ketegangan Meninggi di Ukraina

Kompas.com - 05/03/2014, 10:20 WIB
MOSKWA, KOMPAS.COM — Rusia mengatakan telah sukses melakukan uji tembak sebuah rudal balistik antarbenua (Intercontinental Ballistic Missile/ICBM) pada Selasa (4/3/2014), di tengah meningkatnya ketegangan di Crimea setelah Rusia mengontrol wilayah Ukraina itu dan ancaman untuk mengirim pasukan lebih banyak lagi ke Ukraina.

Pasukan Roket Strategis Rusia meluncurkan sebuah rudal RS-12M Topol dari wilayah Astrakhan dan hulu ledaknya mencapai target di daerah Kazakhstan. Demikian kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan, Igor Yegorov, kepada kantor berita milik pemerintah, RIA. Tempat peluncuran itu terletak di dekat Sungai Volga, sekitar 450 kilometer di sebelah timur perbatasan Ukraina.

Rusia dan AS menandatangani satu rangkaian terbaru perjanjian yang membatasi jumlah ICBM pada 2010. Namun, Moskwa telah mengindikasikan akan setuju melakukan pengurangan lebih lanjut dalam waktu dekat dan sedang melakukan sejumlah langkah untuk meng-upgrade senjata nuklirnya.

Presiden Vladimir Putin telah menekankan, Rusia harus mempertahankan sebuah penangkal nuklir yang kuat, sebagian karena perisai anti-rudal AS sedang dibangun di Eropa. Menurut Moskwa, langkah AS itu dapat merusak keamanan.

Seorang pejabat AS mengatakan, pihaknya menerima pemberitahuan Rusia menjelang uji coba ICBM-nya itu.

Rudal RS-12M memiliki panjang 20 meter, dikenal dalam bahasa NATO sebagai SS-25 Sickle. Rudal itu pertama kali dioperasikan pada 1985, enam tahun sebelum runtuhnya Uni Soviet, dan dirancang untuk membawa hulu ledak nuklir. Radiusnya mencapai lebih dari 10.000 kilometer.

Peluncuran rudal itu menyusul keputusan Rusia mengirim pasukan ke wilayah Crimea di Ukraina selatan. Terkait pengiriman pasukan itu, Moskwa beralasan bahwa kehidupan warga etnis Rusia di sana terancam oleh pergolakan politik di Ukraina.

Putin, dalam komentar pertamanya sejak krisis bergolak di Ukraina, mengatakan pada Selasa bahwa saat ini ia melihat tidak ada alasan bagi tentara Rusia untuk campur tangan di Ukraina timur. Namun, ia tetap membuka kemungkinan bagi aksi militer dengan mengatakan bahwa Rusia "punya hak untuk menggunakan segala cara yang kami miliki untuk melindungi orang-orang berbahasa Rusia di selatan dan timur negara itu jika mereka berada dalam bahaya. Kami tidak akan berperang dengan rakyat Ukraina," katanya.

"Saya ingin Anda memahami saya dengan jelas. Jika kami membuat keputusan seperti itu, itu demi melindungi warga Ukraina. Dan Tuhan melarang prajurit yang mencoba untuk menembak rakyat mereka sendiri, kami akan berdiri di belakang mereka, bukan di depan, tetapi di belakang. Biarkan mereka mencoba untuk menembak perempuan dan anak-anak!"

Putin berbicara selama satu jam dalam sebuah konferensi pers tanpa teks di luar kota Moskwa. Ia menggambarkan bahwa pergeseran kekuasaan di Ukraina merupakan "kudeta konstitusional" dan perebutan kekuasaan dengan senjata. Dengan nada marah, Putin mengatakan anggota-anggota gerakan neo-Nazi, nasionalis, dan anti-Yahudi telah merajalela di beberapa bagian Ukraina, termasuk ibu kota Kiev.

Putin membantah bahwa tentara Rusia telah menduduki Crimea. Ia justru menyalahkan AS atas krisis itu. Putin mengatakan, AS telah campur tangan "dari seberang kolam di Amerika seolah-olah mereka duduk di laboratorium dan melakukan percobaan terhadap tikus-tikus, tanpa pemahaman tentang konsekuensi".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com