Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Ultimatum Pasukan Ukraina: Menyerah atau Diserang Habis-habisan

Kompas.com - 04/03/2014, 10:12 WIB
KIEV, KOMPAS.COM — Rusia mengultimatum pasukan Ukraina di Crimea untuk menyerah atau menghadapi serangan habis-habisan. Demikian kata pihak militer Ukraina, Senin (3/3/2014). Wilayah Crimea di semenanjung Laut Hitam yang strategis itu telah dikuasai pasukan yang didukung Kremlin.

Namun, armada Laut Hitam Rusia dengan cepat membantah adanya ultimatum itu. Ketua parlemen Rusia mengatakan, belum ada kebutuhan Moskwa menggunakan haknya untuk melancarkan aksi militer di Ukraina.

Juru Bicara Kementerian Pertahanan Regional Ukraina Vladyslav Seleznyov mengatakan, di ibu kota Crimea, Simferopol, bahwa ultimatum itu untuk memperkenalkan otoritas baru Crimea, meminta tentara Ukraina meletakkan senjata dan pergi, atau siap menghadapi gempuran.

Pemerintah pro-Rusia di Crimea akan memutus aliran air dan listrik bagi tentara Ukraina dalam markas-markas yang dikepung pasukan Rusia pada Senin malam. Demikian kata Sergei Markov, mantan anggota parlemen Rusia yang setia kepada Presiden Vladimir Putin. Markov, yang mengadakan pertemuan dengan pemerintah pro-Rusia di semenanjung Ukraina itu pada Senin pagi, mengatakan, para tentara Ukraina juga akan diberi tahu bahwa mereka tidak akan menerima gaji bulan berikutnya jika mereka tidak secara terbuka menanggalkan kesetiaannya kepada pemerintah sementara yang baru di Kiev.

"Jika mereka tinggal di sini dan tetap setia kepada Kiev dan Pemerintah Ukraina, hal itu akan jadi lebih tidak nyaman buat mereka," kata Markov. "Tekanan itu akan meningkatkan malam ini."

Ukraina menuduh Rusia telah mengerahkan lebih banyak tentara ke Crimea, sementara para pemimpin dunia bergulat dengan kebuntuan terburuk di Eropa sejak Perang Dingin itu.

Rusia telah mengerahkan sekitar 16.000 tentara ke wilayah itu sejak pekan lalu. Demikian kata Duta Besar Kiev untuk PBB, Yuriy Sergeyev, pada pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB.

Penjaga perbatasan Ukraina mengatakan, Rusia mulai mengerahkan pasukan ke wilayah Crimea dengan menggunakan feri pada Senin setelah merebut kendali atas pos perbatasan di sisi Ukraina. Pasukan Rusia yang merebut semenanjung Laut Hitam yang terisolasi itu telah mengepung terminal feri selama berhari-hari, tetapi sampai sekarang belum mengambil alih stasiun penjaga perbatasan Ukraina.

Seorang juru bicara penjaga perbatasan mengatakan, tentara Rusia merebut pos pemeriksaan itu setelah para penjaga perbatasan Ukraina berusaha menghentikan dua bus yang membawa tujuh orang bersenjata dan feri yang membawa tiga truk tentara.

Penjabat Presiden Ukraina, Oleksander Turchynov, mengatakan sebelumnya bahwa armada Laut Hitam Rusia telah mengepung sejumlah kapal angkatan laut Ukraina di teluk Sevastopol, pelabuhan Crimea, di mana ada basis armada Rusia.

"Situasi di Crimea tetap tegang dan kehadiran militer Rusia meningkat," katanya. "Saya mengimbau kepada kepemimpinan Rusia, hentikan tindakan provokatif, agresi, dan pembajakan. Itu kejahatan dan Anda akan bertanggung jawab untuk itu."

Sementara itu, pemimpin Ukraina yang digulingkan, Viktor Yanukovych, telah mengirim surat kepada Putin yang meminta Putin menggunakan militer Rusia untuk memulihkan hukum dan ketertiban di Ukraina. Demikian kata utusan Moskwa di PBB, Senin.

"Di bawah pengaruh negara-negara Barat, ada tindakan teror dan kekerasan terbuka," demikian isu surat itu yang dibacakan Duta Besar Rusia Vitaly Churkin, dalam pertemuan darurat dengan Dewan Keamanan PBB.

"Orang-orang dianiaya karena alasan bahasa dan politik," lanjut surat itu. "Jadi, dalam hal ini, saya meminta Presiden Rusia, Putin, untuk menggunakan angkatan bersenjata Federasi Rusia guna membangun legitimasi, perdamaian, hukum dan ketertiban, stabilitas dan membela orang-orang Ukraina."

Pembicaraan tentang ultimatum itu muncul saat Uni Eropa mengancam untuk membekukan pembebasan visa dan pembicaraan kerja sama ekonomi dan memboikot pertemuan puncak G-8 di Sochi, Rusia, jika Moskwa tidak meredakan krisis di Semenanjung Crimea itu hingga Kamis.

Menteri Luar Negeri Perancis, Laurent Fabius, mengatakan, Uni Eropa akan memberi waktu kepada Rusia hingga pertemuan puncak darurat para pemimpin Uni Eropa yang diselenggarakan hari Kamis untuk menunjukkan tanda-tanda jelas bahwa punya niat baik, termasuk kesediaan untuk membuka pembicaraan dan penarikan pasukan Rusia ke barak mereka di Crimea. Jika tidak, kata Fabius, Uni Eropa akan mulai menerapkan langkah-langkah hukuman.

Presiden Dewan Uni Eropa, Herman Van Rompuy, meminta pertemuan darurat itu pada Senin malam setelah para menteri luar negeri mengakhiri pembicaraan mereka.

Presiden AS Barack Obama pada Senin mengatakan bahwa Rusia telah melanggar hukum internasional dalam intervensi militernya di Ukraina dan mengatakan Pemerintah AS telah memperingatkan akan mempertimbangkan serangkaian sanksi ekonomi dan diplomatik yang akan mengisolasi Moskwa. Putin harus mengizinkan para pemantau internasional untuk menengahi kesepakatan di Ukraina agar bisa diterima semua rakyat Ukraina. Demikian kata Obama.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com