Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serangan Granat di Bangkok, 3 Tewas

Kompas.com - 24/02/2014, 15:54 WIB

BANGKOK, KOMPAS.com — Seorang bocah perempuan meninggal karena luka yang dideritanya dalam ledakan granat yang terjadi pada Minggu (23/2/2014) di Bangkok sehingga jumlah korban menjadi tiga orang.

Granat meledak di dekat lokasi protes anti-pemerintah di pusat ibu kota dan langsung menyebabkan tewasnya seorang wanita berusia 59 tahun dan anak laki-laki berusia empat tahun.

Dokter mengatakan, pada hari Senin (24/2/2014), kakak perempuan bocah yang tewas lebih dahulu itu meninggal karena cedera otak.

Sebanyak 22 orang terluka, termasuk seorang anak berumur sembilan tahun yang kini dalam perawatan intensif.

Serangan hari Minggu itu terjadi beberapa jam setelah seorang pria bersenjata menembaki massa aksi protes anti-pemerintah di Thailand timur, yang menewaskan seorang balita.

Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra mengutuk serangan itu dan menggambarkannya sebagai "aksi teroris demi kepentingan politik".

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon juga turut menyerukan agar kekerasan "dari semua kubu" segera diakhiri.

Pembalasan

Ketegangan di Thailand meningkat semenjak gelombang protes anti-pemerintah dimulai pada bulan November. Para demonstran menuntut pengunduran diri Yingluck agar pemerintahan sementara bisa dibentuk, tetapi dia berkeras menolak.

Pekan lalu, beberapa orang tewas dalam bentrokan di Bangkok ketika polisi membersihkan lokasi yang selama ini dipakai pengunjuk rasa. Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan pada akhir pekan tersebut.

Namun, wartawan BBC, Jonathan Head, di Bangkok mengatakan, ini diduga awal pembalasan kelompok yang disebut "baju merah" yang dipimpin partai pemerintah, Pheu Thai.

Yingluck memimpin pemerintahan setelah menang pemilihan umum pada tahun 2011 dengan dukungan warga pedesaan Thailand. Menanggapi protes tersebut, ia mengadakan pemilu dini pada 2 Februari lalu yang dimenangkan kubu pemerintah.

Namun, pemilu diboikot oleh oposisi dan sekitar 10 persen suara pemilihan terganggu oleh pengunjuk rasa di TPS. Akibatnya diperlukan lagi pemilu sela agar pemerintahan baru dapat dibentuk.

Para wartawan mengatakan, sabotase pemilu oleh para demonstran yang didukung oleh militer membuat pegiat kubu baju merah frustrasi. Pada hari Minggu, para pemimpin pro-pemerintah Front Persatuan untuk Demokrasi Melawan Kediktatoran (UDD) menggelar unjuk rasa yang dihadiri oleh ribuan pendukung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com