Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Muncul Lagi dalam Berita Skandal Penyadapan Australia dan Amerika

Kompas.com - 16/02/2014, 16:34 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

WASHINGTON, KOMPAS.com - Nama Indonesia kembali muncul dalam pemberitaan terkait skandal penyadapan oleh Badan Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat. Kali ini terkait praktik firma hukum Amerika.

Kisah ini dimuat dalam harian The New York Time yang dilansir Sabtu (15/2/2014). Pengacara Amerika masuk dalam daftar nama-nama yang muncul dalam daftar sasaran penyadapan oleh NSA, berdasarkan dokumen yang dibocorkan oleh mantan kontraktor NSA Edward J Snowden.

Berdasarkan dokumen itu, NSA disebut memantau setiap firma hukum Amerika yang bekerja mewakili negara asing dalam sengketa perdagangan dengan Amerika Serikat. Salah satu negara asing yang memenuhi kriteria tersebut adalah Indonesia.

Menurut dokumen yang didapat pada Februari 2013, Pemerintah Indonesia telah merekrut sebuah firma hukum Amerika untuk membantu menangani sengketa perdagangan dengan Amerika Serikat.

Dokumen tersebut melaporkan bahwa partner NSA di Australia, Direktorat Sinyal Australia (ASD), memberitahu NSA bahwa mereka melakukan pemantauan komunikasi termasuk antara pejabat Indonesia dengan firma hukum di Amerika Serikat. Disebut dalam dokumen itu, ASD bersedia berbagi informasi dengan NSA.

ASD mengatakan kepada penghubung NSA di Canberra, Australia, bahwa informasi intelijen itu kemungkinan juga mencakup pembicaraan yang dilindung hak istimewa antara pengacara dan klien. 

Biro hukum Amerika yang tersadap tak diidentifikasi dalam laporan bulanan ASD itu namun diketahui bahwa biro Mayer Brown mewakil Pemerintah Indonesia dalam isu perdagangan di Amerika Serikat.

NSA menolak menjawab pertanyaan tentang laporan penyadapan atas firma hukum yang mewakili Indonesia ini. Duane Layton, pengacara dari frima Mayer Brown mengatakan ia tak punya bukti bahwa dia atau perusahaannya telah disadap oleh Australia maupun Amerika.

Layton merupakan pengacara dari firma itu yang menangani isu perdagangan internasional. "(Namun) saya selalu bertanya-tanya apakah ada seseorang mendengarkan pembicaraan kami. Karena Anda naif bila tidak bertanya-tanya soal itu. Tapi saya tidak pernah benar-benar berpikir bahwa saya sedang dimata-matai."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com