Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu dari 14 Perempuan Alami Kekerasan Seksual

Kompas.com - 12/02/2014, 10:11 WIB
PARIS, KOMPAS.COM — Di seluruh dunia, satu dari 14 perempuan diserang secara seksual oleh orang yang bukan pasangan mereka. Demikian menurut perkiraan global yang dibuat untuk pertama kalinya tentang masalah tersebut yang diterbitkan pada Rabu (12/2/2014).

Para penulis laporan itu mengatakan bahwa walau ada kesenjangan penting dalam data, gambaran secara keseluruhan sangat jelas bahwa serangan seksual terhadap perempuan merupakan masalah besar dan secara luas diabaikan. 

Para peneliti melakukan penelitian di 56 negara, kata laporan di The Lancet, sebuah jurnal medis, itu. Data mereka diperoleh dari jurnal-jurnal ilmiah serta sejumlah literatur lain.

Secara keseluruhan, 7,2 persen perempuan berusia 15 tahun atau lebih tua mengatakan kepada pewawancara bahwa mereka telah diserang secara seksual setidaknya sekali dalam hidup mereka oleh seseorang yang bukan pasangan intim mereka. Angka tertinggi terdapat di sub-Sahara Afrika, yaitu 21 persen di bagian tengah kawasan (Republik Demokratik Kongo) dan 17,4 persen di selatan (Namibia, Afrika Selatan, dan Zimbabwe), diikuti 16,4 persen di Australia dan Selandia Baru.

Prevalensi terendah dilaporkan terdapat di Asia Selatan (India dan Banglades) yaitu 3,3 persen serta Afrika Utara dan Timur Tengah sebesar 4,5 persen.

Di Eropa, tiga negara di bagian timur benua itu (Lithuania, Ukraina, Azerbaijan) memiliki tingkat yang lebih rendah terkait kekerasan seksual (6,9 persen) dibanding negara-negara di tengah (10,7 persen) dan barat (11,5 persen). Sementara itu, angka untuk Amerika Utara adalah 13 persen.

"Kami menemukan bahwa kekerasan seksual merupakan pengalaman umum bagi perempuan di seluruh dunia dan di beberapa daerah itu menjadi endemik, yang mencapai lebih dari 15 persen di empat wilayah," kata peneliti utama Naeemah Abrahams dari Medical Research Council Afrika Selatan di Cape Town.

Angka sesungguhnya tentang kekerasan seksual itu mungkin jauh lebih tinggi di beberapa daerah. Abrahams khusus menyebut Asia Selatan sebagai contoh.

Perbedaan besar antara kawasan dapat dijelaskan dengan bervariasinya data yang tersedia, kata para penulis itu. Mereka juga menegaskan bahwa budaya para korban kekerasan seksual distigmatisasi dan lebih suka untuk menyembunyikan penderitaan mereka sangat berperan dalam perbedaan itu.

Dalam pembicaraan via e-mail dengan kantor AFP, Abrahams mengakui keterbatasan studi tersebut. Data, kata dia, cukup baik dari sebagian besar Eropa, Oceania, Australasia, Amerika Utara, dan Asia Tenggara, tetapi samar atau kurang lengkap di beberapa bagian Asia Selatan, Afrika Utara dan Tengah, serta Timur Tengah. Beberapa negara bahkan tidak punya data sama sekali.

Selain itu, definisi kekerasan seksual ditentukan oleh penulis dari daerah asal studi itu, dan tidak standar. Namun, kebanyakan penelitian menggunakan pertanyaan umum yang luas, seperti, "Apakah anda pernah dipaksa melakukan hubungan seks atau melakukan tindakan seksual padahal anda tidak menginginkannya dengan orang lain yang bukan pasangan anda?"

Abrahams menjelaskan, laporan itu menyediakan sebuah landasan bagi pengawas kesehatan dan pembuat kebijakan untuk mengatasi kekerasan seksual terhadap perempuan. "Sebuah prevalensi 7,2 persen merupakan masalah yang cukup besar bagi negara mana pun untuk peduli tentang pengalaman warga perempuan mereka," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com