Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konferensi Damai Suriah Dimulai dengan Saling Kecam

Kompas.com - 22/01/2014, 19:16 WIB
MONTREAUX, KOMPAS.com - Untuk pertama kalinya pemerintah Suriah dan kelompok oposisi bertemu dalam konferensi perdamaian yang disponsori PBB di kota Montreaux, Swiss, Rabu (22/1/2014).

Perbedaan pendapat soal masa depan Presiden Bashar al-Assad menjadi agenda pertama dalam pertemuan yang juga melibatkan negara-negara utama dunia itu.

Pemimpin oposisi Ahmed Jarba menuding Bashar al-Assad melakukan kejahatan perang yang sama dengan yang dilakukan Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.

Jarba kemudian mendesak delegasi Suriah dalam pertemuan itu untuk segera menjalankan rencana internasional terkait transisi pemerintahan Suriah. "Kami setuju sepenuhnya dengan (hasil) Geneva 1," kata Jarba.

Hasil konferensi Geneva 1 adalah transisi kekuasaan di Suriah tanpa melibatkan Bashar al-Assad.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Suriah Walid al-Mouallem menegaskan Presiden Assad tidak akan tunduk pada tekanan internasional dan ganti menunjukkan kejahatan yang dilakukan kelompok oposisi yang didukung Arab dan Barat.

"Kami datang sebagai wakil rakyat dan negara Suriah. Semua yang hadir seharusnya mengetahui bahwa tak ada seorangpun di dunia ini yang memiliki hak untuk menarik legitimasi seorang presiden atau sebuah pemerintahan selain rakyat Suriah sendiri," kata Mouallem.

Amerika Serikat yang menjadi salah satu sponsor pertemuan ini memilih mendukung oposisi yang menginginkan sebuah transisi yang tidak melibatkan Bashar al-Assad.

"Kami hanya melihat satu opsi, menegosiasikan sebuah pemerintahan transisi yang terwujud dari kesepakatan bersama. Artinya, Bashar al-Assad harus tidak menjadi bagian dalam pemerintahan transisi," kata Menlu AS John Kerry.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengulangi penentangan Moskwa atas campur tangan "pemain luar" dalam penyelesaian konflik Suriah.

Namun, Lavrov mengatakan Iran, sebagai sekutu utama Assad, harus dimintai pendapat di saat dunia internasional mencoba mencegah pertumpahan darah di Suriah merembet ke negeri sekitarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com