Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluarga Pemimpin China Timbun Harta di Negara Bebas Pajak

Kompas.com - 22/01/2014, 14:41 WIB
HONG KONG, KOMPAS.COM — Sanak keluarga para pemimpin puncak China, termasuk Presiden Xi Jinping dan mantan Perdana Menteri Wen Jiabao, menggunakan sejumlah teritori bebas pajak di luar negeri untuk menyembunyikan kekayaan mereka, kata hasil sebuah investigasi raksasa yang dirilis Rabu (21/1/2014).

International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ), yang mengutip informasi yang diambil dari 2,5 juta dokumen yang dibocorkan, mengatakan, kakak ipar Xi dan putra Wen serta menantu lelakinya termasuk di antara mereka yang menimbun kekayaan di tempat-tempat bebas pajak di luar negeri.

Laporan itu merupakan laporan terbaru terkait kekayaan tersembunyi anggota keluarga para pejabat tinggi China. Para pemimpin Partai Komunis melarang pembahasan topik semacam itu di China.

Harta yang tersimpan di tempat-tempat bebas pajak semacam itu bisa jadi legal dan tidak ada bukti bahwa para politisi mengetahui tindakan sanak keluarga mereka.

Laporan tersebut muncul beberapa hari setelah Wen dilaporkan menulis sebuah surat kepada seorang kolumnis Hongkong yang menyatakan "ketidakbersalahannya" terkait klaim sebelumnya bahwa keluarganya telah mengumpulkan kekayaan dalam jumlah besar selama satu dekade kekuasaannya.

ICIJ menyebut, hampir 22.000 orang di daratan China dan Hongkong yang menaruh hartanya di teritori bebas pajak, termasuk sanak keluarga mantan Presiden Hu Jintao, mantan Perdana Menteri Li Peng, dan mendiang Deng Xiaoping, pria yang dipuji telah membuka perekonomian China tahun 1980-an.

Mereka juga termasuk anggota Kongres Rakyat Nasional China, sejumlah kepala BUMN, dan para pria serta perempuan terkaya negara itu, termasuk taipan real estat Zhang Xin, Pony Ma, dan Zhang Zhidong, yang merupakan co-founder raksasa internet China Tencent, dan Yang Huiyan, perempuan terkaya China.

ICIJ mengatakan, pihaknya telah mengirim surat kepada para pejabat pemerintah, orang-orang kaya, dan orang lain yang disebutkan dalam laporannya. "Tanggapan mereka, dalam banyak kasus adalah tidak menanggapi, sebuah praktik standar yang berlaku di China," kata ICIJ.

File-file rahasia yang bocor ke organisasi itu juga mencakup 16.000 nama klien asal Taiwan.

Sebanyak 90 persen klien China daratan menaruh hartanya di tempat bebas pajak di British Virgin Islands (BVI), sering dengan bantuan perusahaan-perusahaan Barat seperti UBS dan PricewaterhouseCoopers, kata investigasi itu. Sebanyak 7 persen ditaruh di Samoa dan 3 persen sisanya di daerah lain.

British Virgin Islands merupakan tempat pilihan kakak ipar Xi, bernama Deng Jiagui, seorang pengembang real estat kaya dan investor yang menikahi kakak perempuan Xi tahun 1996. Menurut laporan itu, Deng punya 50 persen saham di sebuah perusahaan yang berbasis di BVI bernama Excellence Effort Property Development.

Walau harta-harta di tempat bebas pajak itu "mungkin saja tidak benar-benar ilegal", menurut Minxin Pei, seorang profesor ilmu politik di Claremont McKenna College California sebagaimana dikutip ICIJ, harta semacam itu sering terkait dengan "konflik kepentingan dan penggunaan terselubung kekuasaan pemerintah".

Tahun 2012, harian New York Times dan kantor berita Bloomberg memublikasikan sebuah investigasi tentang kekayaan besar yang dikatakan telah dikumpulakan anggota keluarga Wen dan Xi. Kedua situs web organisasi pemberitaan tersebut sejak itu diblokir di China dan pihak berwenang mengecam laporan itu sebagai upaya untuk "mencemari" kepemimpinan China. Situs web ICIJ pada gilirannya juga diblokir di China pada Rabu.

November lalu, New York Times menemukan bahwa bank AS, JPMorgan, mempekerjakan putri Wen sebagai konsultan, sebagai bagian dari strategi lebih luas yang harian itu katakan bertujuan menebarkan pengaruh di China dengan menggunakan kerabat para pemimpin bangsa itu. Menurut laporan Times itu, JPMorgan membayar total 1,8 juta dollar AS kepada Fullmark Consultants, sebuah perusahaan yang didirikan putri Wen, yaitu Wen Ruchun, yang juga punya nama samaran Lily Chang.

File yang dibocorkan ke ICIJ itu memberikan wawasan lanjutan tentang bagaimana Wen Runchun mampu mengaburkan koneksinya ke perusahaan itu. Fullmark Consultants didirikan di British Virgin Islands tahun 2004 oleh suaminya, yang menjadi direktur dan pemegang saham sampai 2006.

ICIJ mengatakan, lembaga itu bekerja sama dengan lebih dari 50 organisasi mitra di seluruh dunia dalam memilah-milah data itu, termasuk dengan The Guardian, Le Monde di Perancis, dan surat kabar Hongkong, Ming Pao. Situs-situs ketiga lembaga itu sudah tidak dapat diakses di China pada Rabu.

Ming Pao, Sabtu, mengkutip Wen saat dia menulis surat kepada seorang kolumnis. Dalam surat itu Wen menyatakan, "Saya tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam satu kesepakatan pun yang menyalahgunakan kekuasaan saya untuk keuntungan pribadi. Saya ingin melakoni perjalanan terakhir di dunia ini dengan baik. Saya datang ke dunia ini dengan tangan kosong dan saya ingin meninggalkan dunia ini dalam keadaan bersih."

Koran itu menjadikan laporan ICIJ soal Wen sebagai berita utama, tetapi menghilangkan setiap rujukan buat Xi. Hal itu menunjukkan adanya keengganan untuk membongkar kekayaan keluarga pemimpin China yang sedang berkuasa itu.

Salah satu mitra ICIJ, yaitu sebuah lembaga pemberitaan di China daratan, mengundurkan diri pada November lalu setelah "pihak berwenang memperingatkan untuk tidak memublikasikan apa pun tentang masalah itu," kata laporan ICIJ itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com