Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban Incar Warga Negara Asing di Afganistan

Kompas.com - 19/01/2014, 11:01 WIB
KABUL, KOMPAS.COM - Tiga staf Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Kepala Perwakilan Dana Moneter Internasional di Afganistan termasuk di antara 13 warga negara asing yang tewas saat sekelompok pria bersenjata menyerbu Taverna Du Liban, restoran yang populer di kalangan warga asing di Kabul, Afganistan, Jumat (17/1) malam. Secara keseluruhan, 21 orang tewas dalam serangan paling mematikan bagi warga negara asing yang dilakukan kelompok Taliban.

Beberapa pria bersenjata menyerbu masuk restoran yang terletak di kompleks kantor kedutaan besar asing tersebut, saat makan malam, Jumat. Serangan ini didahului ledakan bom bunuh diri yang dilakukan rekan mereka di pintu restoran.

Saksi mata mengatakan, setelah ledakan pertama itu, suara letusan senjata terdengar selama satu jam berikutnya. Dua di antara pria bersenjata kemudian ditembak mati polisi Afganistan.

Detail korban tewas terungkap saat polisi menjelaskan kejadian tersebut, Sabtu. Wabel Abdallah (60), warga Lebanon yang menjadi kepala perwakilan IMF di Kabul sejak 2008, tewas dalam serangan itu. Kedutaan Besar Amerika Serikat lewat akun Twitter mengumumkan, sedikitnya dua warga sipil AS tewas dalam insiden itu. Pemerintah Inggris dan Kanada masing-masing mengakui dua warga negara mereka tewas, sedangkan Pemerintah Denmark mengatakan seorang warga negaranya turut menjadi korban.

Taliban mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Mereka menyebut serangan itu sebagai balasan atas serangan udara pesawat nirawak AS awal pekan ini. Serangan udara tersebut juga dikecam Presiden Afganistan Hamid Karzai karena menyebabkan delapan warga sipil tewas.

”Target serangan ini adalah rumah makan yang biasa dikunjungi para pejabat asing, tempat mereka makan malam dengan minum minuman keras,” tulis juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, dalam surat elektronik berbahasa Inggris.

Insiden ini membenarkan kekhawatiran banyak pihak akan meningkatnya serangan Taliban menjelang pemilihan umum untuk memilih pengganti Karzai, bulan April. Taliban diduga memanfaatkan persiapan pasukan internasional untuk mundur dari Afganistan akhir tahun ini.
Bersembunyi

Beberapa juru masak lolos dari serangan tersebut setelah bersembunyi di atap restoran hingga diselamatkan polisi. ”Kami berada di dapur saat mendengar ledakan di luar. Kami lalu melarikan diri dan naik ke atap. Saya berlindung di balik cerobong asap selama tiga jam,” ujar Suleiman, salah seorang juru masak di restoran tersebut.

Investigasi polisi berlanjut hingga lewat tengah malam. Polisi menghentikan setiap pejalan kaki dan kendaraan yang melewati restoran tersebut.

Rumah makan tersebut telah beroperasi selama beberapa tahun dan menjadi salah satu restoran favorit warga asing di Kabul. Di antara para pelanggan tetap restoran itu adalah diplomat asing, kontraktor, wartawan, dan petugas bantuan kemanusiaan internasional.

Setiap hari, dua petugas bersenjata siaga di pintu utama restoran, yang mengarah ke halaman di depan ruang utama restoran tersebut.

Ledakan bom bunuh diri terjadi di depan pintu utama. Namun, polisi belum memastikan dari mana kelompok penyerang masuk ke restoran.

Dalam pernyataan resminya, Karzai mengecam serangan tersebut sekaligus menyindir AS yang disebutnya tidak berbuat banyak untuk menghentikan terorisme. ”Jika pasukan NATO pimpinan AS ingin bersatu dan bermitra dengan rakyat Afganistan, mereka harus menghentikan terorisme,” ujarnya.

Karzai berang dengan AS karena tidak mau membantu membujuk Taliban untuk melakukan pembicaraan damai dengan Pemerintah Afganistan. (Reuters/AFP/ap/was)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com